Tidak Ada Awan Panas Guguran di Semeru Hingga Tadi Siang
Red: Ratna Puspita
Hiyem (35) membawa boneka milik anaknya di rumahnya yang hancur akibat guguran awan panas saat erupsi Gunung Semeru di Dusun Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (9/12). Sejumlah warga mengaku setiap pagi hari setelah erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12), mulai mengevakuasi perabotan rumah tangga untuk di bawa ke tempat sementara karena khawatir terjadi kehilangan harta benda saat ditinggal mengungsi.Republika/Thoudy Badai | Foto: Republika/Thoudy Badai
REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyampaikan tidak ada awan panas guguran yang dikeluarkan Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, terhitung sejak pukul 00.00 hingga 12.00 WIB hari ini. Secara secara visual teramati embusan gas dari atas kawah puncak dengan ketinggian 500 sampai 100 meter di atas puncak.
Kemudian, kegempaan masih didominasi oleh gempa hembusan yang tercatat sebanyak 14 kali, tujuh kali gempa guguran, dan dua kali gempa tektonik jauh. Cuaca pagi hingga siang ini cenderung berkabut di daerah puncak, sehingga arah dan jarak luncur guguran tidak bisa teramati.
Berdasarkan hasil pemantauan tadi malam jarak luncur guguran maksimum 700 meter dari puncak ke arah tenggara. Sejak tanggal 5-9 Desember 2021 pukul 12.00 WIB hari ini telah terjadi delapan kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 3.000 meter ke arah tenggara.
"Selang lima hari sejak kejadian hingga siang ini sudah terjadi delapan kali awan panas guguran, namun demikian jarak luncur dari awan panas guguran ini tidak lebih dari tiga kilometer," ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani dalam keterangan yang dipantau di Lumajang, Kamis (9/12).
Saat ini, Badan Geologi sedang menurunkan tim ahli untuk melakukan pemetaan dan penelitian guna identifikasi awal dalam memperbarui peta kawasan rawan bencana Gunung Semeru. Petugas telah melakukan pengambilan gambar dengan pesawat tanpa awak untuk mendapatkan gambaran terkini bukaan kawah yang mengarah ke selatan dan tenggara.
Andiani lantas mengingatkan masyarakat untuk menjauhi daerah-daerah yang merupakan aliran awan panas guguran karena masih terdapat potensi erupsi sekunder dan endapan bebatuan yang masih bersuhu tinggi. Selain itu, masyarakat juga diminta mewaspadai ancaman banjir lahar dingin karena musim hujan berlanjut hingga tahun depan.
"Masyarakat tidak melakukan aktivitas pada radius satu kilometer dari puncak dan lima kilometer dalam sektor tenggara, serta sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak," katanya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan ada tambahan korban meninggal menjadi 43 orang akibat awan panas dan guguran Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. "Rangkuman laporan dari tim pencarian dan pertolongan di lapangan per pukul 12.00 WIB, jumlah korban meninggal dari Gunung Semeru bertambah empat orang, sehingga totalnya menjadi 43 orang," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis.
Baca Juga:
- In Picture: Upaya Pemetaan Lokasi Bencana Semeru Gunakan Drone
- Warga Terdampak Erupsi Semeru Tersebar di 115 Titik Pos Pengungsian
- In Picture: Warga Ungsikan Perabotan yang Tersisa di Dusun Curah Kobokan
Aam, panggilan akrab Abdul Muhari, mengatakan, tim gabungan terus melakukan upaya pencarian dan pertolongan lanjutan di beberapa lokasi, seperti Curah Kobokan, Kajar Kuning, Tambang Satuhan/Kebondeli Utara, Kampung Renteng dan Kebondeli Selatan. Selain itu, tim lainnya juga terus melakukan pembersihan dan asesmen lanjutan yang difokuskan di Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh.
Kegiatan pencarian dan pertolongan serta pembersihan yang dilakukan sejak pukul 05.30 WIB itu sempat dihentikan sementara setelah terpantau awan hitam pekat dan mendung di sekitar Curah Kobokan. Berdasarkan laporan visual, pada pukul 06.22 WIB, Gunung Semeru tampak jelas dan teramati asap putih tebal yang meluncur ke arah barat - barat daya hingga 1.000 meter.
"Sementara itu, warga luka-luka ada 104 orang, yang mana sebanyak 32 orang mengalami luka berat dan 82 lainnya luka sedang," ujar Aam.
Di samping itu, lokasi pengungsian juga mengalami peningkatan menjadi 121 yang terbagi di beberapa titik, meliputi Kecamatan Pronojiwo ada 10 lokasi/525 jiwa, Kecamatan Candipuro 10 lokasi/2.331 jiwa, Kecamatan Pasirian 4 lokasi/1.307 jiwa, Kecamatan Lumajang 11 lokasi/335 jiwa, Kecamatan Tempeh 13 lokasi/640 jiwa, Kecamatan Sukodono 9 lokasi/204 jiwa, Kecamatan Senduro 4 lokasi/66 jiwa, Kecamatan Sumbersuko 7 lokasi/302 jiwa.
Adapun Kecamatan Padang 3 lokasi/62 jiwa, Kecamatan Tekung 3 lokasi/67 jiwa, Kecamatan Yosowilangun 7 lokasi/89 jiwa, Kecamatan Kunir 7 lokasi/127 jiwa, Kecamatan Jatiroto 3 lokasi/59 jiwa, Kecamatan Rowokangkung 4 lokasi/37 jiwa, Kecamatan Randuagung 6 lokasi/24 jiwa, Kecamatan Ranuyoso 1 lokasi/26 jiwa, Kecamatan Klakah 5 lokasi/45 jiwa, Kecamatan Gucialit 3 lokasi/11 jiwa, Kecamatan Pasrujambe 2 lokasi/212 jiwa, Kecamatan Tempursari 2 lokasi/23 jiwa dan Kecamatan Kedungjajang 7 lokasi/50 jiwa.
Sementara itu, kerusakan dan kerugian yang dihimpun meliputi 31 fasilitas umum terdampak, hewan ternak sapi 764 ekor, kambing/domba 648 ekor dan unggas 1.578 ekor. Kementerian Sosial (Kemensos) memastikan semua kebutuhan permakanan pengungsi bencana awan panas guguran Gunung Semeru dapat terpenuhi untuk merespon permohonan warga yang membutuhkan bantuan permakanan di lokasi pengungsian Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. "Semua bantuan permakanan menggunakan dan ditopang oleh APBN yang diperuntukkan bagi pengungsi dan warga yang terdampak bencana Gunung Semeru," kata Sekretaris Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Kemensos Robben Rico dalam siaran pers.
Untuk sebaran pengungsi, lanjut dia, ada yang berada di rumah keluarga dan sekolah, namun dipastikan Kementerian Sosial memberikan pelayanan terhadap semua warga sekitar yang terdampak meningkatnya aktivitas Gunung Semeru. "Tidak betul kalau ada warga minta bantuan permakanan tidak dikasih, misalnya untuk di Desa Sumberwuluh tercatat sebanyak 7.800 nasi bungkus dan Desa Jarit sebanyak 2.000 nasi bungkus dalam sehari, tentu yang sudah terdaftar," tuturnya.
Ia mengatakan bagi warga yang sudah terdata dipastikan dikirimkan permakanan, tapi bagi komunitas warga yang meminta di luar yang sudah didata juga tetap diberikan. "Misalnya ada komunitas warga yang meminta permakanan 20 bungkus nasi tentu saja diberikan dan yang seperti itu datanya tidak tetap, sehingga setiap harinya tidak sama. Artinya bisa turun-naik," katanya.
Robben Rico menyempatkan diri untuk meninjau langsung tenda-tenda yang didirikan oleh Kemensos yang di dalamnya terdapat bilik-bilik bagi yang berkeluarga dan tenda yang terbuka bagi warga. "Saya juga menemani pendongeng bagi anak-anak untuk menghilangkan trauma dan meninjau dapur umum yang dikelola Taruna Siaga Bencana (Tagana)," ujarnya.