REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mengatakan, negara-negara Barat yang melakukan boikot diplomatik terhadap perhelatan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 akan menerima konsekuensi. Menurut China, Olimpiade seharusnya tak dimanfaatkan untuk menunjukkan sikap politik.
“Olahraga tidak ada hubungannya dengan politik. Olimpiade Musim Dingin (Beijing) bukan panggung untuk sikap politik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada Kamis (9/12), dilaporkan laman China Global Television Network (CGTN).
Dia secara spesifik memberi peringatan kepada negara-negara yang telah mengumumkan pemboikotan Olimpiade Musim Dingin Beijing, yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, Australia, dan Kanada. “Pengguanaan platform olimpiade oleh AS, Australia, Inggris, dan Kanada untuk manipulasi politik tidak populer dan mengasingkan diri. Mereka pasti akan menerima konsekuensi atas kesalahan mereka,” ujar Wang.
Boikot diplomatik terhadap perhelatan Olimpiade Musim Dingin Beijing dilakukan AS, Inggris, Australia, dan Kanada sebagai bentuk kritik dan protes atas serangkaian tindakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan China, termasuk di Xinjiang. Kendati demikian, mereka tetap mengizinkan para atletnya berpartisipasi dalam ajang olahraga tersebut.
Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach mengatakan, dia tetap netral secara politik mengenai masalah tersebut. Sebab fokus Bach adalah partisipasi para atlet. Sementara itu, Rusia mengkritik langkah boikot diplomatik yang diambil AS. Menurut Moskow, Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 harus bebas dari politik.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menerima undangan Presiden China Xi Jinping untuk hadir dalam acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.