Kamis 09 Dec 2021 19:29 WIB

Presidensi G20 Dorong Pemulihan yang Merata dan Inklusif

Diperlukan exit strategy dalam mengatasi scarring effect akibat pandemi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berjalan bersama saat Opening Ceremony Presidensi G20 Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu (1/12/2021). Presidensi G20 Indonesia dimulai pada 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022 dengan mengusung tema Recover Together, Recover Stronger.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berjalan bersama saat Opening Ceremony Presidensi G20 Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu (1/12/2021). Presidensi G20 Indonesia dimulai pada 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022 dengan mengusung tema Recover Together, Recover Stronger.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Presidensi G20 mendorong pemulihan ekonomi global yang kuat, seimbang, serta inklusif. Menteri Keuangan negara Presidensi G20 2019 yakni Italia, Daniele Franco menyampaikan banyak hal harus dipantau dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi global.

"Rebound ekonomi dapat melemah karena banyak hal, ada banyak yang harus kita pantau," katanya dalam High Level Discussion Menteri Keuangan Troika, Kamis (9/12).

Baca Juga

Saat ini, dunia masih diliputi dengan ketidakpastian yang tinggi akibat pandemi. Pemulihan yang mulai tampak tidak terjadi secara merata antara negara maju dan berkembang yang masih berusaha untuk pulih dari pandemi karena akses vaksin yang masih terbatas.

Menguatnya kinerja ekonomi global khususnya negara maju yang diikuti dengan naiknya tekanan inflasi juga mendorong perubahan kebijakan yang lebih ketat. Sehingga pemulihan yang tidak merata berpotensi semakin parah.

Sementara itu, pandemi yang berkepanjangan akan menimbulkan scarring effect. Butuh exit strategy yang tepat dan upaya mengatasi masalah scarring effect menjadi prasyarat pemulihan yang berkelanjutan.

Menteri Keuangan negara Presidensi G20 selanjutnya, India, Nirmala Sitharaman juga menekankan pentingnya mentransformasi solidaritas global menjadi aksi global. Vaksinasi yang menjadi ujung tombak pemulihan harus terjangkau dan dapat diakses oleh semua negara.

Ia juga menekankan isu produktivitas dan reformasi struktural yang menopang keberlangsungan pemulihan. Ketahanan ekonomi global akan tergantung pada upaya meningkatkan produktivitas secara merata.

"Kita perlu mengembalikan sumber daya manusia yang kini ada di sektor informal ke sektor formal, dan ini sangat tergantung juga pada vaksinasi," katanya.

India sangat mendorong persiapan manufaktur dan industri agar bisa memenuhi kebutuhan pasokan global. Saat ini, inflasi di negara maju terjadi karena gangguan rantai pasok global tersebut. Maka dari itu, penting bagi setiap negara untuk menyamakan langkah pulih bersama karena ketidakmerataan akan membawa pada tantangan ekonomi lainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement