REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Anggoro Pramudya
Kamus Bahasa Inggris Oxford (OED) adalah kamus bahasa Inggris yang tidak hanya paling otoritatif di dunia. Kamus terbitan Oxford itu juga paling komprehensif sepanjang sejarah peradaban manusia.
Dalam modernisasi Kamus Bahasa Inggris Oxford, OED menambahkan definisi kata 'Yid' untuk menyebut suporter atau pemain klub Liga Primer Inggris, Tottenham Hotspur ke dalam kamus tersebut.
Sejatinya, kata Yid sendiri sering digunakan kaum Yahudi sebagai istilah berbau ofensif (menyerang) pun nyanyian antisemitisme.
Pada saat yang bersamaan, ejaan Yid atau Yiddo telah melekat kepada para pendukung Tottenham selama bertahun-tahun. Antisemit sendiri sekarang adalah sesuatu yang baru dan tak diterima secara sosial. Meski, bukan berarti sama sekali tak diterima.
Napak tilas jauh kebelakang, kubu Tottenham Hotspur melabeli diri mereka sebagai kaum Yahudi, baik Yid pun Yiddo.
Saat Yid atau Yiddo keluar dari bibir mereka yang berlogat Cockney aksen kelas pekerja dari dialek bahasa Inggris kuno, kedengaranya seperti sumpah serapah kasar. Apalagi, Yid memang berkonotasi tidak menyenangkan.
Hari berganti pekan, pekan berselimut bulan, bulan berubah tahun dan tahun bersalin dekade. Para suporter dan Hooligans Tottenham menyematkan kata Yid dengan penuh kebanggaan. Slogan Yid bahkan selalu menggema dari pendukung the Lilywhites di setiap pertandingan.
Banyak yang berpendapat bahwa pendukung Tottenham hanya mempraktekkan kebiasaan yang diwariskan pendahulunya tanpa pernah berpikir panjang pun runut.
Terlepas dari pikiran pendek para tifosi Spurs, nyatanya kaitan kaum Yahudi dan Tottenham cukup erat. Orang-orang Yahudi Hasidik, yang dikenal sebagai Yahudi ultra-ortodoks muncul pada pertengahan abad kedua sebelum masehi.
Golongan mereka terbukti banyak ditemukan di lingkungan Stamford Hill yang lokasinya memang berdekatan dengan lapangan sepak bola Spurs, berdiri sejak 5 September 1882 silam.
Adapun istilah Yid atau Yiddo dipopulerkan oleh seorang pendiri partai politik British Union of Fascist pada tahun 1930.
Sejumlah rumor menyebut, faktor keturunan dan kedekatan tersebut yang membuat para pendukung Tottenham bangga dengan slogan Yid atau Yiddo, hingga menancapkan legasinya sebagai the Yid Army, sebuah sebutan yang tentunya sangat kontroversi.
Bahkan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) berkali-kali melayangkan peringatan keras kepada fan Tottenham terkait julukan tersebut.
Merujuk pada BBC Sports, Kamus Bahasa Inggris Oxford resmi mengartikan kata Yid dan Yiddo sebagai menghina dan menyinggung, sekaligus mengartikan Yid ke dalam bentuk para pendukung atau pemain Spurs.
Kosakata baru dalam OED lantas menimbulkan kontra dari kalangan hierarki klub dan juga kaum Yahudi. Dalam pandangannya, juru bicara klub menyebut definisi baru tentang Yid dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford merupakan artian kata yang menyesatkan. Mengacu pada para penggemar, baik yang memiliki keturunan Yahudi pun bukan.
Di sisi lain pihak klub tidak pernah mengakomodasi penggunaan kata Yid atau Yiddo di seluruh saluran klub atau di toko penjualan merchandise.
Beberapa tahun lalu hasil survei menyebut sebanyak 33 responden mengatakan mereka menggunakan kata Yid secara teratur hanya dalam konteks sepak bola, sedangkan 12 persen juga menggunakannya di luar sepak bola.
Selain Tottenham yang kental dengan ajaran Bani Israel adalah kesebelasan asal ibu kota Belanda, Ajax Amsterdam.
Amsterdam secara tradisi dianggap sebagai kota Yahudi yang pada paruh pertama abad kedua disebut sebagai Yerusalem Barat.
Di Amsterdam terdapat juga sebuah lingkungan Yahudi yang dikenal dengan nama Jaden Buurt. Selama berabad-abad sebelum Perang Dunia II, itu adalah pusat orang-orang Yahudi di Amsterdam. Bahkan bendera Bintang Daud selalu terlihat di dalam tribun Stadion Johan Cruijff Arena.
Namun berbeda dengan Tottenham yang secara eksplisit menggunakan kata Yid atau Yiddo sebagai identitas pendukung. Ajax melabeli kata Jews pun Joden dari salah satu kelompok suporter yang menamakan dirinya F-Side.