Kamis 09 Dec 2021 20:14 WIB

Ogah Ikuti AS, Prancis Pilih tak Boikot Diplomatik Olimpiade China

Prancis menilai olahraga adalah dunia terpisah yang perlu dilindungi dari politik.

Rep: Kamran/Lintar/Dwina/ Red: Teguh Firmansyah
 Pemandangan menunjukkan platform lompat ski untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Taman Shougang di Beijing, Cina, 19 November 2021.
Foto: EPA-EFE/WU HONG
Pemandangan menunjukkan platform lompat ski untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Taman Shougang di Beijing, Cina, 19 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis tak mau ikut-ikutan dengan AS yang melakukan aksi boikot diplomatik Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. Menteri Pendidikan dan Olahraga Prancis Jean-Michel Blanquer mengatakan, negaranya tidak akan melakukan boikot seperti halnya Amerika Serikat (AS), Inggris, Australia, dan Kanada.

“Kita perlu hati-hati tentang hubungan antara olahraga dan politik,” ujarnya pada Kamis (9/12), dikutip laman France24.

Baca Juga

Dia mengatakan, olahraga adalah dunia terpisah yang perlu dilindungi dari campur tangan politik. “Jika tidak, hal-hal dapat menjadi tidak terkendali dan pada akhirnya dapat membunuh semua kompetisi,” ucapnya.

Terkait perhelatan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, Blanquer mengaku tak akan melakukan perjalanan ke Negeri Tirai Bambu. Sebagai perwakilan diplomatik, Prancis bakal mengutus Menteri Olahraga Junior Roxana Maracineanu.

Kendati tak melakukan boikot diplomatik, Blanquer menekankan, Prancis akan tetap mengecam dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan China. AS, Inggris, Kanada, dan Australia telah mengumumkan akan melakukan boikot diplomatik terhadap penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.

Dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan China, termasuk di Xinjiang, menjadi alasan utama mereka mengambil keputusan tersebut. Pemerintah Cina sendiri sudah memperingatkan bahwa negara-negara yang melakukan boikot akan menerima konsekuensi.

“Olahraga tidak ada hubungannya dengan politik. Olimpiade Musim Dingin (Beijing) bukan panggung untuk sikap politik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin pada Kamis (9/12), dilaporkan laman China Global Television Network (CGTN).

Dia secara spesifik memberi peringatan kepada AS, Inggris, Australia, dan Kanada. “Penggunaan platform olimpiade oleh AS, Australia, Inggris, dan Kanada untuk manipulasi politik tidak populer dan mengasingkan diri. Mereka pasti akan menerima konsekuensi atas kesalahan mereka,” ujar Wang.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement