REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Menteri Luar Negeri Israel (Menlu) Yair Lapid melakukan kunjungan resmi ke Mesir, Kamis (9/12). Penguatan hubungan bilateral, terutama di bidang keamanan, menjadi agenda utama lawatan tersebut.
“Memperkuat hubungan Israel-Mesir, dari sudut pandang keamanan-diplomatik, adalah kepentingan yang sangat penting dari Israel, Kunjungan Menlu Lapid adalah kelanjutan dari kebijakan luar negeri Israel guna meningkatkan kepentingan bersama kami untuk stabilitas regional,” kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Jerusalem Post.
Dalam kunjungannya, Lapid tak hanya bertemu Menlu Mesir Sameh Shoukry, tapi juga Presiden Abdel Fatah al-Sisi. Dengan mereka, Lapid akan membahas beberapa isu, salah satunya tentang sandera dan jenazah warga Israel ditahan kelompok Hamas di Jalur Gaza.
Hamas telah menahan warga sipil Israel, yakni Abera Mengistu dan Hisham al-Sayed, bersama dengan mayat tentara Oron Shaul serta Hadar Goldin sejak mereka terbunuh dalam Operation Protective Edge pada 2014. Lapid memiliki rencana pemulihan ekonomi untuk Gaza. Hal itu diharapkan dapat mengakhiri serangan roket yang kerap dilancarkan Hamas terhadap Israel.
Selain itu, Lapid akan turut membicarakan isu regional. Mesir telah menjadi mediator utama Israel dengan Hamas. Pada 10-21 Meil lalu, kedua pihak itu terlibat pertempuran di Jalur Gaza. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya, konfrontasi itu menyebabkan Gaza porak-poranda.
Sekitar 2.200 rumah hancur dan 37 ribu bangunan lainnya rusak. Para pejabat Palestina mengungkapkan, selama konflik 11 hari tersebut, 250 warga Gaza, termasuk 66 anak-anak, tewas akibat serangan udara Israel. Sementara Israel melaporkan 13 korban jiwa akibat serangan Hamas, termasuk dua anak-anak.
Mesir memainkan perannya sebagai mediator dalam konflik tersebut. Hamas dan Israel akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata pada 21 Mei.