Kamis 09 Dec 2021 22:18 WIB

Tampil di G20, Politeknik Enjiniring Kementan Hadirkan SiPEPI A4

Kementan bawa SiPEPI A4 sebagai teknologi water system control tanaman padi

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Harry Hartono, mahasiswa PEPI yang turut andil dalam penelitian Smart Irrigation PEPI, mengungkapkan konsep modifikasi alat ini dimaksudkan untuk membuat sistem irigasi basah kering otomatis. . Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI) hadirkan teknologi water system control tanaman padi yang disebut SiPEPI A4 sebagai smart irrigation.
Foto: istimewa
Harry Hartono, mahasiswa PEPI yang turut andil dalam penelitian Smart Irrigation PEPI, mengungkapkan konsep modifikasi alat ini dimaksudkan untuk membuat sistem irigasi basah kering otomatis. . Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI) hadirkan teknologi water system control tanaman padi yang disebut SiPEPI A4 sebagai smart irrigation.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Kementerian Pertanian menyambut baik percepatan teknologi, ditandai peningkatan konektivitas, interaksi dan inovasi antara manusia dengan mesin dan sumber daya lain yang terintregasi bersama. Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI) hadirkan teknologi water system control tanaman padi yang disebut SiPEPI A4 sebagai smart irrigation.

Sebagai bentuk apresiasi serta publikasi inovasi, Kementan memamerkan SIPEPI dalam ajang Side event Sherpa Meeting G20.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, menilai PEPI hadir sebagai pendidikan vokasi yang mampu menjawab tantangan di era industry 4.0 agar mahasiswa memiliki kemampuan akademik dan keterampilan terapan yang baik serta budidaya perilaku pertanian akan terbangun dalam kehidupan mereka.

"Kita butuh 2,5 juta anak-anak milenial untuk menggerakkan pertanian. Sumber daya alam pertanian sudah tersedia banyak, yang kita butuhkan sekarang adalah SDM yang lebih kuat dengan terapan science, riset dan teknologi agar lebih efektif dan berkualitas dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri," kata Mentan Syahrul

Mentan menambahkan SDM pertanian saat ini harus bersahabat dengan penggunaan teknologi yang lebih canggih.

“Dengan penerapan IoT, robot construction, artificial intelligence untuk pengembangan AWR dan otomatisasi mekanisasi pertanian, pekerjaan bisa lebih mudah dilakukan dan menghemat waktu. SDM pertanian saat ini juga harus terus melakukan  Inovasi dibarengi dengan riset yang kuat sehingga dapat mengikuti perubahan pasar yang terus berubah dari waktu ke waktu. Contohnya penerapan smart farming,” tambahnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menjelaskan pendirian PEPI adalah menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi, mengembangkan kelembagaan dan program studi bidang engineering pertanian. 

"Juga meningkatkan mutu dan kompetensi sumberdaya pendidikan sesuai perkembangan IPTEK di bidang engineering pertanian, menjalin kemitraan dan jejaring kerja sama pendidikan nasional dan internasional, mengoptimalkan sistem manajemen administrasi pendidikan," katanya.

Tujuan lain, kata Dedi, menyelenggarakan nilai kejuangan sehingga terbentuk sikap pembiasaan untuk beribadah, berakhlak mulia, berintegritas, belajar terus menerus, berkarya, bermanfaat, dan professional.

Dalam acara yang dikunjungi delegasi dari beberapa negara di gedung PIDI Jakarta Barat, Direktur PEPI Muharfiza, mengungkapkan turut andilnya PEPI dalam pameran ini bertujuan mengakselerasi laju informasi dan penyebaran inovasi teknologi enjiniring. 

“Visi PEPI kedepan, menjadi Politeknik Enjiniring Pertanian bertaraf internasional harapannya dapat menciptakan inovasi iyang mampu menjawab kebutuhan industri khususnya enjiniring pertanian sekaligus memperkenalkan PEPI di skala internasional,” ujar Muharfiza.

Harry Hartono, mahasiswa PEPI yang turut andil dalam penelitian Smart Irrigation PEPI, mengungkapkan konsep modifikasi alat ini dimaksudkan untuk membuat sistem irigasi basah kering otomatis. Tujuannya utamanya, dirancang hemat penggunaan air dan memaksimalkan pertumbuhan tanaman padi. 

“Mekanisme kerja alat ini dimana alat tiang multi sensor yang menggunakan panel surya mendeteksi ketinggian air, saat ketinggian air sudah menurun dan mencapai batas kering (butuh air), secara otomatis alat tersebut mengirimkan sinyal ke kotak master, yang kemudian meneruskan ke relay agar pompa air menyala, dan kemudian secara otomatis air mengalir ke lahan,” tambahnya. 

Tentunya inovasi ini merupakan  penciptaan model bisnis baru secara digital untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.

Harry Hartono, mahasiswa PEPI yang turut andil dalam penelitian Smart Irrigation PEPI, mengungkapkan konsep modifikasi alat ini dimaksudkan untuk membuat sistem irigasi basah kering otomatis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement