REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA — Program Pangan Dunia (WFP) telah menangguhkan distribusi bantuan makanan di dua kota utara Ethiopia setelah sekelompok orang bersenjata menjarah gudang-gudangnya. Penjarah dari kelompok pemberontak Tigrayan menahan staf bantuan PBB di bawah todongan senjata di Kombolcha.
Mereka mencuri persediaan makanan penting dalam jumlah besar, termasuk beberapa untuk anak-anak yang kekurangan gizi. Wilayah utara di Ethiopia menghadapi kelaparan massal di tengah perang saudara yang sedang berlangsung antara Tigrayan dan pasukan pemerintah. Setelah lebih dari satu tahun pertempuran, lebih dari sembilan juta orang membutuhkan pasokan makanan penting.
Seorang juru bicara PBB yang menjalankan WFP mengatakan stafnya di sana telah menghadapi intimidasi ekstrem selama berhari-hari penjarahan. Ia menambahkan pelecehan staf kemanusiaan seperti itu oleh angkatan bersenjata tidak dapat diterima.
Hal itu merusak kemampuan PBB dan semua mitra kemanusiaan untuk memberikan bantuan ketika itu paling dibutuhkan. Juru bicara itu juga menuduh pasukan pemerintah mengomandoi tiga truk kemanusiaan WFP dan menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
Apa yang terjadi membuat keputusan untuk menghentikan distribusi makanan di Kombolcha dan Dessie. Dua kota strategis di wilayah Amhara utara yang berada di jalan menuju Ibu Kota Addis Ababa.
Dilansir BBC pada Kamis (9/12), pemerintah Ethiopia baru-baru ini mengumumkan telah merebut kembali kota-kota dari pemberontak Tigray. Namun pemberontak mengatakan tentara hanya menemukan kembali daerah-daerah yang telah mereka tinggalkan.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) terjadi lebih dari setahun yang lalu yang mendominasi Ethiopia selama beberapa dekade. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengirim pasukan ke wilayah Tigray untuk membubarkan TPLF setelah dia mengatakan telah menyerang kamp-kamp tentara.
Namun, pemberontak bangkit kembali, merebut kembali Tigray dan maju ke wilayah tetangga Amhara. Konflik tersebut telah menewaskan ribuan orang. Kondisi ini membuat lebih dari dua juta orang kehilangan tempat tinggal dan mendorong ratusan ribu orang ke dalam kondisi kelaparan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Ned Price mengatakan bencana kemanusiaan di Ethiopia utara tetap menjadi prioritas mutlak bagi Washington. Ia meminta kedua belah pihak untuk merundingkan penghentian konflik dan mengizinkan bantuan dapat menjangkau orang-orang yang membutuhkan.