Jumat 10 Dec 2021 13:38 WIB

Pemkab Lumajang Cari Tempat Relokasi Korban Erupsi Semeru

Tempat relokasi nantinya dijadikan tempat hunian sementara korban erupsi Semeru.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Agus raharjo
Pengungsi terdampak awan panas guguran (APG) Gunung Semeru mengangkut perabotan rumah tangga menggunakan truk di Curah Koboan, Lumajang, Jawa Timur, Jumat (10/12/2021). Pengungsi terdampak APG Gunung Semeru mulai kembali ke rumahnya untuk mengamankan sejumlah barang yang masih bisa dipergunakan dan saat ini sedikitnya 6.542 jiwa warga terdampak APG Gunung Semeru mengungsi yang tersebar di 121 titik pengungsian.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Pengungsi terdampak awan panas guguran (APG) Gunung Semeru mengangkut perabotan rumah tangga menggunakan truk di Curah Koboan, Lumajang, Jawa Timur, Jumat (10/12/2021). Pengungsi terdampak APG Gunung Semeru mulai kembali ke rumahnya untuk mengamankan sejumlah barang yang masih bisa dipergunakan dan saat ini sedikitnya 6.542 jiwa warga terdampak APG Gunung Semeru mengungsi yang tersebar di 121 titik pengungsian.

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur tengah memetakan dan mencari lokasi yang cocok untuk tempat relokasi warga terdampak Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru. Hal ini penting dilakukan lantaran banyak rumah warga yang rusak akibat erupsi.

Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperwati menjelaskan, Pemkab sudah mulai melihat mana zona-zona yang aman untuk dijadikan tempat relokasi. Lokasi ini nantinya dijadikan tempat hunian sementara bagi korban. "Terutama untuk hunian yang rusak akibat dampak APG Gunung Semeru," kata perempuan disapa Bunda Indah ini di Posko Desa Penanggal, Jumat (10/12).

Baca Juga

Sejauh ini, Bunda Indah juga mengatakan, pihaknya telah menentukan beberapa titik lokasi sebagai tempat relokasi. Lahan yang dipilih merupakan milik Perhutani di wilayah Oro-Oro Ombo.

Menurut Bunda Indah, penentuan lahan milik Perhutani ini dilatarbelakangi karena lokasi tersebut merupakan tanah negara. Di samping itu, lahan tersebut memiliki luasan yang cukup sehingga memungkinkan untuk relokasi.

Selanjutnya, Bunda Indah masih akan mendiskusikan beberapa titik lahan kepada Badan Geologi. Pembahasan ini bertujuan untuk memastikan lokasi yang diajukan berada dalam zona aman. "Sehingga nantinya bisa dijadikan tempat untuk relokasi," ucapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (10/12).

Sebelumnya, Bupati Lumajang Thoriqul Haq juga mengatakan serupa di Lapangan Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Kamis (9/12). Pemkab sedang memikirkan untuk menyediakan hunian sementara yang bisa ditinggali korban. Lokasi hunian masih dipertimbangkan tapi kemungkinan didirikan di lahan milik Perhutani wilayah Oro-oro Ombo.

Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditunjukkan dengan terjadinya guguran awan panas. Guguran ini dilaporkan mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12) pukul 15.20 WIB.

Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro telah melaporkan adanya getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Pada pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas. Hal tersebut teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang.

Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500 hingga 800 meter. Pusat gugurannya berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Kamis (9/12) sore, 43 orang meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru. Kemudian 104 orang mengalami luka yang di antaranya 32 orang luka berat dan 82 orang luka sedang serta ringan. Sebagian besar korban erupsi mengalami luka bakar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement