Jumat 10 Dec 2021 21:30 WIB

Perantara Syafaat Sebab Kemurkaan Allah?

Sebagian orang meminta kepada Allah melalui perantara.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Perantara Syafaat Sebab Kemurkaan Allah?. Foto: Ilustrasi Berdoa.
Foto: Pixabay
Perantara Syafaat Sebab Kemurkaan Allah?. Foto: Ilustrasi Berdoa.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagian orang ada yang tidak meminta pertolongan langsung kepada Allah Ta'ala, hal ini dapat menjadi sebab kemurkaan dan kemarahan-Nya.

Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, di sini terdapat permasalahan, bahwasanya apa yang dilakukan oleh orang musyrik (bertawassul) tidak lain bertujuan mengagungkan Allah tabaraka wa ta'ala. Menurut mereka, disebabkan keagungan Allah, maka tidak selayaknya seseorang langsung menuju kepada-Nya, melainkan harus melalui para perantara dan pemberi syafaat, seperti halnya keadaan para raja. 

Baca Juga

Musyrik tadi tidak bermaksud menghina Allah, tetapi maksudnya justru mengagungkan-Nya. Ia berargumen: 

"Aku menyembah para perantara ini hanyalah agar mereka mendekatkan, menunjukkan, dan menyampaikan aku kepada-Nya. Allahlah yang menjadi tujuan, sedang mereka hanyalah para perantara dan pemberi syafaat." 

Lantas, mengapa hal ini yang menyebabkan kemurkaan dan kemarahan-Nya, kekekalan orang-orang kafir di Neraka, serta halalnya darah, harta dan kehormatan mereka? 

Muncul pula pertanyaan yang lain, apakah mungkin Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan kepada para hamba-Nya untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui para perantara dan pemberi syafaat, hingga keharaman hal tersebut hanya diambil dari syariat bukan secara akal dan fitrah? Ataukah hal itu memang buruk secara fitrah dan akal, sehingga mustahil syariat datang membawanya, yakni ketika syariat datang untuk menegaskan dan menyetujui apa yang dipandang oleh akal dan fitrah tentang buruknya hal itu, yang merupakan keburukan yang paling besar? Apa rahasianya hingga perkara tersebut menjadi dosa yang tidak diampuni oleh Allah di antara dosa-dosa yang lain? Hal ini sebagaimana firman-Nya: 

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ ...

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki." (QS An-Nisa ayat 48).

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement