REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Yayasan Kanker Indonesia Pusat, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP, menyarankan siapa pun memeriksa tinja secara berkala saat buang air besar. Ini merupakan salah satu cara untuk mendeteksi kemungkinan kanker usus besar.
"Biasakan intip kotoran, jangan sampai kecolongan ada darah dalam kotoran tapi tidak diperhatikan," kata dokter Aru dalam webinar kesehatan, Sabtu (11/12).
Di negara barat, kanker ini biasanya terjadi pada orang-orang di atas 50 tahun. Namun, di Indonesia kanker usus besar bisa terjadi pada orang-orang yang lebih muda, mereka yang berkepala empat. Dia menganjurkan orang-orang usia 40-an untuk melakukan kolonoskopi untuk mendeteksi adanya kanker usus besar.
"Kalau memang belum ada aksesnya, maka kita upayakan supaya periksa kotoran sekali setahun untuk melihat apakah ada darah samar," katanya.
Aru mengingatkan pentingnya deteksi dini kanker usus besar karena akan lebih mudah ditangani ketika ditemukan semakin cepat. Apalagi perkembangan tumor menjadi kanker ini memakan waktu relatif lama, antara lima hingga lima belas tahun.
"Jadi harus bisa mendeteksi lebih dini sehingga harapan hidup akan lebih baik daripada baru ketahuan dalam stadium lanjut," ucap staf senior Divisi Hematologi Onkologi Medik, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Kanker usus besar sebagian besar muncul akibat gaya hidup. Dia mengingatkan untuk menyantap makanan-makanan berserat seperti buah dan sayur. Khusus untuk buah, dia menyarankan untuk mengonsumsi tak hanya jus, tetapi juga ampas yang biasa dibuang saat membuat jus agar seratnya bisa diserap oleh tubuh.