REPUBLIKA.CO.ID,LIVERPOOL - - Kelompok Tujuh (G7) berusaha untuk mencegah Rusia menyerang Ukraina. Aliansi negara-negara kaya ini bersatu untuk memperingatkan konsekuensi yang mengerikan untuk setiap serangan dan mendesak Moskow untuk kembali ke meja perundingan.
Dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, Uni Eropa, melakukan pertemuan pada Sabtu (11/12). Acara ini pun melibatkan menteri luar negeri dari Perancis, Italia, Jerman, Jepang, serta Kanada yang berkumpul di kota Inggris utara Liverpool.
Para menteri tiba di Museum Liverpool dengan sebuah band menyambut dengan memainkan lagu-lagu Natal. Hiburan ini menjadi awal sebelum memulai pertemuan tertutup yang mencakup keuangan pembangunan, geopolitik dan keamanan. Kemudian mereka pergi untuk menikmati warisan musik kota sambil makan malam di sebuah pameran yang menceritakan kisah The Beatles.
Pertemuan G7 terjadi ketika Barat resah atas beberapa masalah yang sedang terjadi. Seperti ambisi militer dan ekonomi Cina, kemungkinan ada pembicaraan untuk mencegah Iran mengejar jalan menuju senjata nuklir bisa gagal, dan ketika Rusia mengumpulkan pasukan di perbatasan Ukraina.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS menggambarkan pembicaraan hari itu sebagai intens. Dia mengatakan masih ada jalur diplomatik untuk mengurangi ketegangan dengan Rusia.
"Jika mereka (Rusia) memilih untuk tidak menempuh jalan itu, akan ada konsekuensi besar dan biaya berat sebagai tanggapan, dan G7 benar-benar bersatu dalam hal itu," katanya.
"Jenis biaya yang kita bicarakan dirancang untuk diterapkan dengan sangat cepat," ujarnya.
Inggris menyerukan anggota G7 untuk lebih tegas dalam membela dunia bebas dan diskusi terfokus pada Rusia, Cina dan Iran sepanjang hari. Sebuah pernyataan tentang hasil dari pembicaraan itu dijadwalkan pada hari Ahad (12/12).
Berbicara pada sesi pembukaan pembicaraan, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss telah mendesak G7 untuk berbicara dengan satu suara. "Kita perlu membela diri terhadap ancaman yang berkembang dari aktor yang bermusuhan dan kita harus bersatu dengan kuat untuk melawan agresor yang berusaha membatasi batas-batas kebebasan dan demokrasi," kata di awal pertemuan.
Ukraina berada di pusat krisis dalam hubungan Timur-Barat karena menuduh Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara dalam persiapan untuk kemungkinan serangan militer skala besar. Rusia membantah merencanakan serangan apa pun dan menuduh Ukraina dan AS melakukan perilaku tidak stabil, dan mengatakan pihaknya membutuhkan jaminan keamanan untuk perlindungannya sendiri.
"Kita perlu mengambil setiap tindakan untuk kembali berdialog," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock kepada wartawan. Jerman mengambil alih kepemimpinan G7 bergilir dari Inggris tahun depan.
AS mengirim diplomat senior untuk Eropa, Asisten Menteri Karen Donfried, ke Ukraina dan Rusia pada 13-15 Desember. Dia akan mengadakan pertemuan dengan pejabat senior pemerintah.
"Asisten Menteri Donfried akan menekankan bahwa kita dapat membuat kemajuan diplomatik untuk mengakhiri konflik di Donbass melalui implementasi perjanjian Minsk untuk mendukung Format Normandia," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.
AS, Inggris, Prancis, dan Jerman bertemu untuk membahas langkah ke depan terhadap Iran hingga Jumat malam. Pembicaraan ini menyusul dimulainya kembali pembicaraan di Wina tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.
Pernyataan akhir pekan diharapkan mencakup seruan bersama bagi Iran untuk memoderasi program nuklirnya dan menangkap peluang untuk menghidupkan kembali perjanjian multilateral. Artinya Iran akan membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.
Sumber: https://www.reuters.com/world/britain-seeks-g7-show-unity-against-russia-over-ukraine-crisis-2021-12-11/