REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Otoritas kesehatan Pakistan telah mengkonfirmasi kasus pertama varian omicron, seminggu setelah negara Asia Selatan itu memperluas pembatasan perjalanan. Pusat Komando dan Operasi Nasional (NCOC) pada Senin (13/12) mengkonfirmasi deteksi varian omicron, yang diduga memiliki tingkat penularan lebih tinggi daripada varian lainnya.
"Institut Kesehatan Nasional telah mengkonfirmasi bahwa sampel yang curigai baru-baru ini dari Karachi merupakan varian omicron dari SARS-CoV2. Ini adalah kasus pertama yang dikonfirmasi, tetapi pengawasan lanjutan terhadap sampel yang teridentifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi tren," kata pernyataan NCOC, dilansir Aljazirah.
Pekan lalu, Menteri Kesehatan Provinsi Sindh, Azra Pechucho mengidentifikasi kasus yang dicurigai varian omicron pada orang yang tidak divaksinasi. Dia mengatakan, varian omicron menyebar karena orang tidak divaksinasi.
“Inilah mengapa saya akan meminta Anda untuk mendapatkan dosis kedua, jika Anda belum (mendapatkannya), dan jika Anda telah mendapatkan kedua dosis dan sudah enam bulan, maka pastikan untuk mendapatkan dosis booster. Ini bisa menyelamatkanmu," ujar Pechuco.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini tidak ada bukti atau data peer-review yang tersedia tentang kemanjuran atau efektivitas vaksin terhadap varian Omicron. Hingga kini penelitian masih berlangsung.
Dibandingkan dengan banyak negara di dunia, Pakistan sejauh ini memiliki pengalaman yang relatif ringan dari pandemi virus corona. Namun ada kekhawatiran tentang infrastruktur kesehatan masyarakat di Pakistan, jika terjadi lonjakan kasus yang berkelanjutan.
Pada hari Senin, Pakistan mencatat kasus aktif yang mendekati angka terendah sepanjang masa yaitu 9.048 kasus dengan 731 pasien dalam perawatan kritis. Sejauh ini, jumlah tes Covid-19 di Pakistan relatif rendah. Pada Ahad (12/12), terdapat 39.387 tes dengan tingkat hasil tes positif sebesar 0,62 persen. Tingkat tes-positif adalah ukuran banyaknya tes per seratus dengan hasil positif.
Pekan lalu, Pakistan memperluas pembatasan perjalanan dari 15 negara, termasuk Belanda, Kroasia, Hongaria, Ukraina, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. Kekhawatiran global atas penyebaran varian yang sangat bermutasi telah berkembang sejak pertama kali ditetapkan sebagai varian yang menjadi perhatian oleh WHO pada akhir November, yang mengakibatkan peningkatan pembatasan perjalanan dan pembatasan kegiatan sosial dan ekonomi di seluruh dunia.