REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Duel pembalap Mercedes Lewis Hamilton dan driver Red Bull Racing Max Verstappen pada GP Abu Dhabi akan diingat sebagai salah satu duel paling dramatis dalam sejarah penentuan gelar juara dunia Formula Satu (F1). Sama-sama mengantongi 369,5 poin, pemenang pada sesi balapan seri terakhir F1 musim 2021 tersebut berhak menyandang status sebagai juara. Sejarah akhirnya mencatat, Verstappen berhasil finis terdepan di sesi balapan tersebut.
Terlepas dari protes Mercedes soal aturan dalam penggunaan safety car menyusul kecelakaan yang dialami Nicolas Latifi jelang balapan berakhir, Verstappen berhasil mengungguli Hamilton di lap penentuan. Unggul dalam umur penggunaan ban, pembalap asal Belanda itu menyalip Hamilton pada tikungan kelima lap terakhir di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi tersebut.
Verstappen terus memimpin balapan di sisa lomba dan berhak mengondol gelar juara dunia F1 pertamanya. Verstappen mengakhiri F1 musim ini dengan berada di puncak klasemen akhir pembalap dengan raihan 395,5 poin, unggul delapan poin dari Hamilton, yang harus mengubur mimpi meraih gelar juara dunia F1 kedelapan sekaligus kelima secara beruntun.
Penentuan juara edisi ke-72 gelaran F1 ini menjadi salah satu yang paling dramatis di sepanjang sejarah lomba jet darat tersebut. Penentuan juara dunia F1 musim ini bersanding dengan sejumlah momen dramatis lain di sepanjang sejarah F1.
Berikut lima momen dramatis penentuan gelar juara F1 berdasarkan lansiran BBC:
GP Brasil 2008
Manuver Lewis Hamilton, yang saat itu memperkuat tim McLaren-Mercedes, menyalip pembalap Toyota, Timo Glock, di tikungkan terakhir pada lap terakhir di Sirkuit Jose Carlo Pace, Sao Paolo, membawa pembalap asal Inggris itu finis di peringkat kelima. Namun, raihan empat poin dari finis di peringkat kelima itu sudah cukup membawa Hamilton ke titel juara dunia F1 pertamanya.
Hamilton menutup musim itu di peringkat teratas dengan koleksi 98 poin hanya unggul satu poin dari pembalap Ferrari, Felipe Massa. Massa, yang mendominasi seri terakhir tersebut dengan mencatatkan pole position dan finis di tempat terdepan, hanya bisa gigit jari. Padahal, pembalap asal Brasil itu berharap besar bisa menutup musim itu dengan titel juara dunia F1 saat melakoni home race.
GP Australia 1986
Jelang seri terakhir musim 1986, yang bakal digelar di sirkuit jalanan Adelaide, GP Ausralia, tiga pembalap, Nigel Mansell, Alain Prost, dan Nelson Piquet, bersaing ketat untuk menjadi juara dunia F1. Nigel Mansell, yang bergabung bersama tim Williams, difavoritkan lantaran tengah menghuni posisi teratas. Namun, GP Australia itu malah menjadi mimpi buruk buat pembalap asal Inggris tersebut. Hanya butuh finish di posisi ketiga untuk mengunci gelar juara dunia F1 1986, Mansell malah mengakhiri balapan di posisi keempat.
Hasil ini tidak terlepas dari gagal mesin yang dialami Mansell. Tidak mau mengalami masalah serupa dengan Mansell, Piquet akhirnya memutuskan masuk pit dan mengganti ban. Padahal, saat itu, Piquet berada di posisi terdepan.
Kondisi ini membuat Prost yang membela panji McLaren akhirnya finis terdepan sekaligus memastikan raihan gelar juara dunia F1 dengan keunggulan dua poin atas Mansell di puncak klasemen akhir pembalap