Seorang Remaja Rusia Ledakkan Diri di Sekolah Ortodoks
Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Bom Bunuh Diri | Foto: Republika/Mardiah
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Seorang remaja Rusia meledakkan alat peledak di sebuah sekolah Ortodoks dekat sebuah biara di luar Moskow, melukai sejumlah orang.
Kementerian Dalam Negeri Rusia mengatakan seorang pria berusia 18 tahun, lulusan sekolah di Serpukhov, mencoba meledakkan dirinya. Seperti dilansir BBC, Senin (13/12), ia a dilaporkan selamat,
Kementerian mengatakan seorang anak berusia 15 tahun termasuk di antara yang terluka. Media lokal mengatakan sebanyak 12 orang terluka.
Rusia telah melihat peningkatan serangan terhadap sekolah oleh remaja dalam beberapa tahun terakhir. Media lokal melaporkan bahwa remaja yang meledakkan bahan peledak itu selamat dan berada dalam kondisi kritis di rumah sakit. Dia belum disebutkan namanya.
Kantor berita Rusia Interfax mengutip sebuah sumber yang mengatakan permusuhan remaja tersebut terhadap guru dan siswa di sekolah mungkin telah memotivasi serangan tersebut.
Sumber lain mengatakan kepada kantor berita Tass bahwa mantan siswa sekolah menengah itu merencanakan serangan selama doa pagi, tetapi alat peledaknya meledak di pintu masuk biara.
Jaksa di wilayah Moskow telah membuka penyelidikan percobaan pembunuhan, tetapi motif serangan itu belum dikonfirmasi secara resmi. Jaksa memposting video dari tempat kejadian yang menunjukkan polisi dan ambulans di luar biara.
Gubernur wilayah Moskow, Andrei Vorobyev, tidak merinci berapa banyak siswa yang terluka, tetapi mengatakan tidak ada yang dalam kondisi yang mengancam jiwa.
"Semua layanan bereaksi tepat waktu dan dokter membantu anak-anak yang terluka." kata Vorobyev dalam sebuah posting Telegram.
Biara Vvedensky Vladychniy di Serpukhov didirikan pada 1360. Anak-anak berusia antara tujuh dan 16 tahun diajar di sekolah tersebut, sekitar 100 km (60 mil) selatan Moskow.
Gereja Ortodoks Rusia telah berjanji untuk membantu para korban. Gereja telah meningkat statusnya di bawah Presiden Vladimir Putin, seorang penganut Kristen Ortodoks yang taat.
Insiden di fasilitas keagamaan jarang terjadi di Rusia, tetapi negara itu telah melihat peningkatan serangan remaja di sekolah dalam beberapa tahun terakhir.
Pada bulan September, seorang mahasiswa membunuh enam orang dan melukai puluhan lainnya di sebuah kampus universitas di kota Ural, Perm. Pada bulan Mei, seorang anak berusia 19 tahun melepaskan tembakan di sekolah lamanya di pusat kota Kazan, menewaskan sembilan orang.