Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Fabel Islami, 'Akhirnya Rara Mau Mengerti'

Sastra | Tuesday, 14 Dec 2021, 16:37 WIB

Rara duduk termenung di ranting pohon sambil menatap hampa hamparan sawah di depannya. Merpati kecil berbulu putih itu nampak lesu kehilangan semangat, tidak nampak kegembiraan di wajahnya.

“Anakku, apa yang kau lamunkan?. Wajahmu nampak begitu murung” tanya Titi yang tiba-tiba saja sudah menghampiri Rara.

“Aku kecewa, aku sedih bu,” Rara menjawab pertanyaan ibunya sambil menitikkan airmata.

“Apa yang membuatmu sedih dan kecewa, anakku?”

Sejenak Rara memandang ibunya. “Mengapa bulu-buluku tidak seindah kupu-kupu yang berwarna-warni. Dia tampak selalu bahagia diantara bunga-bunga.”

“Semua makhluk itu diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan. Mestinya kamu bersyukur dengan keadaanmu bukannya malah ingin tampil sebagaimana kupu-kupu.”

“Pokoknya saya ingin bisa seperti kupu-kupu,” ujar Rara sambil pergi meninggalkan ibunya.

Titi geleng-geleng kepala dengan sikap anaknya yang tak mau menerima keadaannya. Sebagai orangtua dia ingin mencari jalan keluar agar Rara bisa sadar.

***

Suasana taman bunga terlihat semarak, aneka bunga menghiasinya, ada Adenium, Aglaonema, Amaryllis, Anthurium, dan anggrek.

Banyak binatang yang berada di taman itu, salahsatunya adalah kupu-kupu bernama Epi. Bulu Epi indah warna-warni sangat menawan yang melihat, termasuk Rara yang beberapa waktu lalu bermain bersama.

Di saat Epi sedang makan serbuk sari dan kuncup bunga, datanglah Titi menemuinya.

“Apa benar kamu Epi, teman bermain anakku Rara?”

“Benar, saya Epi. Beberapa hari lalu Rara memang bermain kesini. Ada apa ya?” tanya Epi penasaran.

Titi bercerita, bahwa sejak bertemu dengan Epi malah sedih dan kecewa karena keadaan dirinya yang bulunya tak sebagus milik Epi. Titi meminta Epi untuk menasehati Rara agar sadar dari rasa kecewa yang berlarut-larut.

“Baiklah, saya segera akan mencari Rara. Semoga berhasil,” janji Epi

Tak menunggu lama, Epi terbang rendah mencari keberadaan Rara.

***

Rara sedang berada diatas pohon di tepi sawah. Dia masih suka menyendiri sambil meratapi diri mengapa dia tak dilahirkan seperti kupu-kupu yang bersayap cantik.

Rara kaget, di sekitarnya ada beberapa ulat yang menempel. Ia merasa jijik melihat bentuk ulat yang ada di dekatnya sampai berjingkat-jingkat menghindari.

“Mengapa kamu berjingkat-jingkat sahabatku?” tanya Epi yang berada di dekat Rara.

“Ini aku jijik melihat ulat-ulat yang menempel di dahan yang kuinjak,” sahut Rara.

“Sahabatku. Kalau kamu mau tahu, aku dulu juga berujud ulat seperti itu.”

“Bagaimana mungkin bentukmu yang cantik itu dulunya menjijikkan?” seakan Rara tak percaya dengan jawaban Epi.

“Benar sahabatku. Awalnya aku sosok makhluk yang begitu menjijikan. tidak sedikit yang geli dan bahkan jijik melihatku. Ulat adalah makhluk perusak karena ketika makan tidak akan berhenti sebelum yang dimakannya habis. Setelah itu ulat berpuasa tak makan dan tak minum, dan menjadi kepompong. Atas ijin Allah, setelah itu akan berubah bentuk menjadi kupu-kupu,” terang Epi.

“Begitu rupanya, berarti berbeda denganku yang terlahir langsung utuh sempurna,” gumam Rara.

“Ya sahabatku. Mestinya kamu lebih bersyukur, wujudmu langsung sempurna tak perlu melalui wujud yang menjijikkan. Kamu juga bisa terbang lebih tinggi dan lebih cepat dibanding aku. Tak semestinya kamu ingin seperti diriku.”

“Kalau begitu selama ini aku sudah salah, tak mau bersyukur pada karunia Allah. Padahal sejak awal bentukku sudah bagus tak harus menunggu perubahan bentuk,” ujar Rara.

“Syukurlah kalau kamu menyadarinya. Setiap makhluk mesti punya kekurangan dan kelebihan. Manfaatkan kelebihanmu dengan berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat,” Epi mengingatkan.

Akhirnya Rara sadar, bahwa selama ini dia telah salah memahami keadaan dirinya. Rara mengucapkan terimakasih kepada Epi yang telah membuat dirinya sadar akan kesalahannya tak mau mensyukuri nikmat Allah berupa wujudnya yang sudah bagus.

Rara juga berjanji akan minta maaf kepada ibunya dan akan berbuat baik sebagai bentuk rasa syukur.

***

https://ecclesiago.wordpress.com/2018/08/07/burung-merpati/

POJOK INFO

Syukur adalah rasa terimakasih kepada Allah, atau secara lebih luas bisa diartikan sebagai ungkapan nyata dalam tindakan dengan menggunakan semua yang telah dianugerahkan Allah secara positif sesuai fungsi sebenarnya dari anugerah tersebut.

Terkadang kita masih suka iri terhadap apa yang dimiliki oleh yang lain dan tak menyadari atas kelebihan yang dimiliki. Dalam cerita tersebut Rara telah menyadari kesalahannya dan mau bersyukur atas karunia yang telah diberikan padanya.

“Allah berfirman: “Jika kamu bersyukur pasti akan Ku tambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka siksa-Ku amat pedih”. (QS.Ibrahim ayat 7)

Kamu tahu, ada banyak manfaat jika kamu mau bersyukur. Apa saja, ya? Ini dia :

1. Menghilangkan kesusahan.

Anak yang mau bersyukur hatinya akan selalu marasa gembira karena merasa cukup denga napa yang dia miliki.

2. Memperoleh kemudahan rezeki.

Anak yang mau bersyukur akan dicintai Allah dan manusia, dia akan dimudahkan untuk mendapat rezeki yang tak disangka-sangka arah datangnya.

3. Menambah semangat hidup.

Nah, kalau kita bersyukur, maka kita tak akan dihinggapi rasa was-was, rasa iri sehingga akan selalu optimis menjalani hidup.

4. Terjaga Kesehatan jiwa.

Anak yang selalu bersyukur maka hatinya akan Bahagia sehingga terjaga Kesehatan jiwanya tak ada penyakit hati yang menggerogoti.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image