REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Generasi milenial memiliki beragam tantangan yang harus dihadapi. Oleh sebab itu, perlu adanya bekal nilai-nilai Pancasila dan literasi. Hal tersebut disampaikan Staf Khusus Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Dahnil Anzar Simanjuntak dalam webinar kebangsaan yang diinisiasi oleh Program Studi (Prodi) Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Menurut Dahnil, generasi milenial harus bersiap diri menghadapi tantangan. Sebab itu, perlu dilakukan adanya pengujian terkait pemahaman nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila.
Selain itu, ia melihat bahwa tingkat literasi milenial Indonesia sangat rendah. Berdasarkan survei Program for International Assesment (PISA), Indonesia berada di peringkat 74 dari 79 negara. "Minimnya literasi berefek pada rendahnya kualitas diskusi publik yang ada saat ini," jelasnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (14/12).
Lemahnya literasi milenial juga dapat memberikan efek baru. Salah satunya keterputusan sejarah bangsa dan sulit menerapkan bela negara. Hal ini menjadi tantangan yang harus dilalui di masa sekarang dan yang akan datang.
Dahnil juga menilai rendahnya literasi menimbulkan ancaman tersendiri. Beberapa di antaranya ketidakpedulian terhadap kondisi bangsa dan terjebak dengan pemikiran yang sesat. Selain itu, kurangnya bacaan geopolitik dan wawasan menyebabkan absennya sikap kritis.
“Ketiadaan sikap kritis ini akan menjadi ancaman yang berbahaya. Misalnya saja ketika ada kritik membangun, langsung dicap sebagai pihak yang tidak nasionalis,” jelasnya.
Dahnil juga memaparkan, generasi milenial adalah mereka yang lahir pada rentang tahun 1980 hingga 2000. Mereka terbagi menjadi beberapa generasi, antara lain kelahiran pada tahun 1980-1995 yang masuk pada generasi Y atau milenial. Kemudian kelahiran tahun 1995-2000 yang masuk dalam generasi Z.
Pada akhir acara, ia tak lupa memberikan solusi yaitu dengan mengembalikan tradisi dialektika yang kuat serta meningkatkan litersi yang tinggi. Apalagi melihat pembentukan ideologi bangsa yang pada nyatanya harus melalui proses dialektika dan diskusi panjang para bapak bangsa.
“Tentu dengan kembalinya budaya dialog dan literasi mampu membangun kekuatan besar di masa depan, sehingga para milenial bisa menghadapi tantangan dengan bekal nilai-nilai Pancasila," kata dia menambahkan.