REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang kondisi perekonomian dunia yang mengarah perang yang tak terbatas atau infinity war seperti dalam cerita film besutan Marvel, Avengers: Infinity War masih sangat relevan.
Erick menyebut pidato Jokowi dalam World Economic Forum on ASEAN di National Convention Center, Hanoi, Vietnam pada 2018, menyebut adanya sosok Thanos yang ingin menghancurkan dunia. "Makanya saat itu kita perlu Avengers yang terdiri atas tokoh-tokoh seperti Thor hingga Hulk, tapi kita lihat akhirnya ada film End Games yang mana tokoh-tokohnya mati dan salah satu yang saya favorit, Black Widow juga meninggal," ujar Erick saat menghadiri peresmian gerakan Akselerasi Generasi Digital di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu (15/12).
Marvel, ucap Erick, membuat dunia baru dengan film Eternals dengan menghadirkan musuh dengan jauh lebih besar dengan tidak hanya ingin menghancurkan bumi, melainkan galaksi.
Erick menyebut plot cerita tersebut mirip dengan kondisi yang terjadi hari ini yang mana dunia tengah mengalami tekanan perubahan rantai pasok dengan globaliasi pasar yang semakin terbuka, disrupsi ekonomi yang bisa menggantikan manusia dengan robotik, dan perubahan kesempatan usaha. Selain itu, ucap Erick, seluruh dunia pun masih menghadapi tekanan dari sektor kesehatan akibat pandemi yang mengakibatkan banyak tokoh meninggal dunia.
Erick mengatakan mencari pengganti para tokoh yang berpulang memerlukan waktu yang cukup lama. "Sama dengan Marvel yang bikin universe satu sampai empat karena dunia baru pasti penuh dengan tantangan baru, perlu superhero baru. Dulu kita bicara Hulk, Captain America, Iron Man, sekarang ada superhero jauh lebih powerfull, ada Ikaris hingga Thena karena musuhnya juga jauh lebih berat," ucap Erick.
Erick menyampaikan gerakan akselerasi generasi digital merupakan bentuk keseriusan pemerintah dalam menghadirkan superhero baru yang akan melawan tantangan ke depan. Erick menilai Jokowi menekankan pentingnya Indonesia memiliki ekosistem dan peta jalan sendiri untuk kemajuan Indonesia.
"Kita harus memastikan ekosistem yang menang, karena kalau tidak, eksosistem kita akan dimakan oleh orang lain," lanjut Erick.
Erick memastikan BUMN sebagai sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia terus mendorong muncul-munculnya superhero-superhero baru dalam menghadapi tantangan di era disrupsi saat ini dan ke depan.
Sebagaimana superhero dalam film, Erick menyebut BUMN juga tak bisa sendirian dan memerlukan kolaborasi dengan banyak pihak, mulai dari Kemendikbud, Kemenkominfo, swasta, hingga startup atau perusahaan rintisan.
Erick mengatakan Merah Putih Fund merupakan salah satu 'senjata' utama Indonesia dalam memenangkan perang melawan tantangan teknologi dan digital. "Kalau dari BUMN kita buat Merah Putih Fund yang akan fokus pada Sunicorn, calon Unicorn," ungkap Erick.
Erick berharap perusahaan swasta juga mau bergabung dan bekerja sama dalam sistem pendanaan untuk para perusahaan rintisan lokal. Erick mengatakan BUMN juga telah menggandeng Sovereign Wealth Fund (SWF) yakni Indonesia Investment Authority (INA) untuk mendukung Unicorn lokal menuju Decacorn.
"Ini lah ekosistem yang kita harapkan jadi kekuatan sendiri. Teknologi tidak terelakan, dunia baru dan tantangan baru akan kita hadapi. Oleh karena itu, kita perlu superhero baru, mudah-mudahan superhero ini mendorong kekuatan dan menjaga ekosistem Indonesia," kata Erick.