REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kasus aksi pornografi Siskaee di Yogyakarta International Airport (YIA) tempo hari, tentu saja menampar kredibilitas Yogyakarta, sebagai Kota Istimewa. Bagaimana Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menangani aksi pornografi, demi menjaga keluarga dan nama baik Yogyakarta?
Wakil Kepala Polisi Daerah (Wakapolda) Yogyakarta, Brigjen Pol Raden Slamet Santoso, menyadari betul, bahwa tugasnya tidaklah ringan. Pertama, karena Yogyakarta adalah kota yang menyandang banyak predikat luhur.
Mulai dari kota istimewa, kota pelajar, kota perjuangan, kota pariwisata, juga kota budaya. Artinya, gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) dalam skala ringan saja, dengan serta-merta langsung me-nasional.
Langsung menjadi atensi pucuk pimpinan, dalam hal ini Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia. Apalagi, kasus aksi pornografi Siskaee dilakukan di Yogyakarta International Airport (YIA), bandara yang menjadi ikon Yogyakarta.
“Kami bersama stakeholder di sini, menangani secara serius. Tujuannya, agar kasus ini cepat selesai, agar tidak berdampak negatif terhadap para pihak yang terkait dengan Yogyakarta,” Slamet, dalam keterangannya, Rabu (15/12).
Wakpolda menyebut Yogyakarta memiliki lima perguruan tinggi negeri dan 132 perguruan tinggi swasta. Mahasiswa dan pelajar di Yogyakarta, datang dari seluruh penjuru Tanah Air. Orangtua mereka tentu memiliki harapan besar, agar anak mereka bisa studi secara kondusif di sini.
“Kami dari seluruh jajaran Polda DIY tentulah bekerja maksimal, jangan sampai gangguan Kamtibmas, mengganggu pencapaian cita-cita anak-anak bangsa tersebut,” ungkap Wakapolda.
Dia mengatakan, kasus aksi pornografi Siskaee, tentulah merupakan gangguan Kamtibmas yang berdampak luas. Dari penelusuran Polda DIY, Siskaee berasal dari Sidoarjo, Jawa Timur, dan studi di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.
Ranah Pendidikan, tentu terdampak. Demikian pula dengan ranah Pariwisata. Slamet memahami, ini adalah sisi yang kontradiktif antara ranah Pendidikan dan ranah Pariwisata.
Menurut dia, kemajuan sektor pariwisata, dengan sendirinya menimbulkan ekses-ekses yang cenderung kurang kondusif terhadap sektor pendidikan. Misalnya, menjamurnya industri hiburan sebagai konsekuensi kota destinasi wisata, tentulah menjadi faktor yang berpotensi mengganggu konsentrasi pelajar dan mahasiswa.
Sebaliknya, perkembangan industri hiburan di Yogyakarta, bisa juga dipandang sebagai hal positif bagi pelajar dan mahasiswa. Karena, itu merupakan peluang bagi mereka untuk mengembangkan minat serta bakat yang relevan. Bukan tidak mungkin, hal itu membuka peluang karier untuk mereka di masa depan.
“Nah, meminimalkan gangguan terhadap pelajar dan mahasiswa sekaligus merawat ruang pengembangan minat serta bakat mereka, itulah salah satu agenda penting Polda DIY dalam konteks menjaga nama baik Yogyakarta,” tutur Wakapolda.