REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Sebuah album yang seluruhnya terdiri dari kicauan dan kuak burung Australia yang terancam punah telah diluncurkan. Album ini pun masuk dalam lima besar tangga musik Aria di negara itu.
"Album ini adalah rekaman yang sangat istimewa dengan beberapa rekaman burung langka yang mungkin tidak akan bertahan jika kita tidak bersatu untuk melindungi mereka," kata CEO BirdLife Australia Paul Sullivan kepada The Music Network.
Beberapa suara, dikutip dari BBC, membutuhkan waktu berjam-jam menunggu di semak-semak untuk merekam satu kuak singkat. Perekam suara satwa liar, David Stewart, telah menghabiskan lebih dari 30 tahun untuk mengumpulkan suara satwa liar Australia yang jarang terdengar. Ini adalah rekaman burungnya yang telah digunakan di album.
Ketika dirilis pada 3 Desember, kampanye media sosial diluncurkan untuk memasukkan album ke tangga lagu penjualan musik Aria Australia dan berhasil. Songs of Disappearance telah membuat sejarah dengan menjadi album pertama dari jenisnya yang masuk dalam lima besar.
Hasil penjualan akan digunakan untuk proyek konservasi BirdLife Australia. "Meskipun kampanye ini menyenangkan, ada sisi serius dari apa yang kami lakukan, dan sangat menggembirakan melihat para penggemar burung menunjukkan kepada pemerintah dan bisnis bahwa orang Australia peduli dengan burung-burung penting ini," ujar Sullivan.
Menurut sebuah studi oleh Charles Darwin University, sebanyak satu dari enam burung Australia sekarang terancam,yaitu, 216 dari 1.299 spesies. Penelitian yang mencakup masukan dari lebih dari 300 ahli burung, menemukan bahwa perubahan iklim mendorong spesies lebih dekat ke kepunahan.
Kebakaran hutan besar-besaran pada 2019 dan 2020 menghancurkan habitat mereka. BirdLife Australia memperkirakan bahwa jumlah spesies burung yang terancam telah meningkat sebanyak 25 persen.