Jumat 17 Dec 2021 02:05 WIB

China-Rusia Kompak Tolak Intervensi Barat

China dan Rusia setuju membela kepentingan keamanan satu sama lain dan menolak Barat

Rep: Kamran Dikarma/Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Dalam file foto 12 November 2019 ini, Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan sebelum pembicaraan mereka di sela-sela KTT BRICS edisi ke-11, di Brasilia, Brasil. China dan Rusia setuju membela kepentingan keamanan satu sama lain dan menolak Barat.
Foto: AP/Ramil Sitdikov/Pool Sputnik Kremlin
Dalam file foto 12 November 2019 ini, Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan sebelum pembicaraan mereka di sela-sela KTT BRICS edisi ke-11, di Brasilia, Brasil. China dan Rusia setuju membela kepentingan keamanan satu sama lain dan menolak Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping sepakat menolak intervensi Barat terhadap negara mereka. Putin dan Xi setuju membela kepentingan keamanan satu sama lain.

“Saat ini, kekuatan internasional tertentu dengan kedok 'demokrasi' serta 'hak asasi manusia' mencampuri urusan dalam negeri China dan Rusia, dan secara brutal menginjak-injak hukum internasional dan norma-norma hubungan internasional yang diakui," kata Xi saat melakukan pertemuan bilateral virtual dengan Putin, Rabu (15/12), dilaporkan Xinhua News Agency.

Baca Juga

Xi mengatakan China dan Rusia harus meningkatkan upaya bersama untuk lebih efektif menjaga kepentingan keamanan kedua belah pihak. Menurut penasihat presiden Rusia untuk urusan luar negeri, Yuri Ushakov, dalam pertemuan virtual itu Xi menawarkan dukungan kepada Putin atas dorongannya memperoleh jaminan keamanan mengikat bagi Moskow dari Barat. Hal itu terkait dengan ketegangan di Ukraina. Xi, kata Ushakov, mengaku memahami kekhawatiran Rusia.

Pada kesempatan itu, Putin turut menjelaskan kepada Xi tentang hasil pertemuan virtualnya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden baru-baru ini. Biden memperingatkan Rusia agar tak menginvasi Ukraina. Laporan tentang rencana serangan itu sebenarnya telah dibantah Moskow.

Terkait hubungan bilateral, Putin memuji relasi Rusia-China. “Sebuah model kerja sama baru telah dibentuk antara negara-negara kita, berdasarkan, antara lain pada prinsip-prinsip seperti tak mencampuri urusan dalam negeri dan menghormati kepentingan satu sama lain,” ujar Putin.

Putin mengaku menantikan momen bertemu Xi saat menghadiri seremoni Olimpiade Musim Dingin Beijing pada Februari 2022. Berbeda dengan AS dan beberapa negara Barat lainnya, Rusia menolak memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing.

“Saya ingin mencatat kami selalu saling mendukung dalam masalah kerja sama olahraga internasional, termasuk penolakan terhadap segala upaya untuk mempolitisasi olahraga dan gerakan Olimpiade,” kata Putin.

Putin dan Xi sepakat memperpanjang 20 tahun kemitraan dan perjanjian kerja sama. Pemimpin Rusia itu mengatakan pada 11 bulan pertama tahun ini perdagangan bilateral antara dua negara naik 31 persen menjadi 123 miliar dolar AS. Kedua negara ingin mencapai 200 miliar dolar AS lebih dalam waktu dekat.

Ia mengatakan China menjadi pusat produksi internasional untuk vaksin Covid-19 Rusia, Sputnik dan Sputnik Light. Enam pabrik menandatangani kontrak untuk memproduksi 150 juta dosis.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement