REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) akhirnya buka suara terkait tenggelamnya kapal pembawa 50 WNI, yang diduga pekerja migran ilegal di Johor, Malaysia, Rabu (15/12), kemarin. Kepala BP2MI, Benny Rhamdani berharap agar penyelidikan atas peristiwa ini bisa menyingkap tabir praktik perdagangan orang ke Negeri Jiran itu.
Benny menegaskan, dirinya akan melakukan investigasi menyeluruh terhadap kasus ini. Dirinya akan membuat surat keputusan untuk membentuk tim investigasi khusus. Tim tersebut akan berisikan petugas BP2MI dan pihak-pihak eksternal.
"Kita harapkan (investigasi ini) memberikan hasil yang akan membuka tabir kejahatan kemanusiaan penempatan ilegal ke Malaysia melalui Kepulauan Riau, khususnya dari Tanjung Pinang atau pelabuhan-pelabuhan lainnya," ungkap Benny dalam siaran persnya yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Kamis (16/12).
Benny juga berharap agar penyelidikan menyeluruh ini bisa mengungkap dan menyeret para aktor lapangan, pemodal, otak sindikat, dan pemberi bekingan dalam kejahatan perdagangan orang ke Malaysia. "Siapa pun mereka, jika terlibat dalam membekingi atau membiarkan secara terus menerus terjadinya kejahatan kemanusiaan ini (semoga bisa diseret)," ujarnya.
Namun demikian, kata Benny, penyelidikan kasus ini belum bisa dimulai. Sebab, pihaknya dan Konjen Republik Indonesia (KJRI) Johor Baru belum mendapatkan identitas WNI yang jadi korban jiwa maupun korban selamat. Di sisi lain, Benny menyampaikan keprihatinan dan turut berduka untuk para korban meninggal.
Ia juga berharap agar para korban yang dinyatakan hilang dapat ditemukan segara dalam keadaan selamat. "Saya akan memperbaharui informasi secara terus-menerus untuk kepentingan informasi publik, dan secara lebih khusus untuk keluarga dari para korban meninggal maupun selamat," kata dia.
Aparat Malaysia menemukan sebuah kapal speed boat tenggelam karena dihantam ombak akibat cuaca buruk di pantai Tanjung Balau, Kota Tinggi, Johor pada Rabu (15/12), pukul 05.00 waktu setempat. Kapal itu karam saat hendak menurunkan penumpangnya, yakni 50 WNI.
Akibat kejadian tersebut, sebanyak 11 orang penumpang tewas, 14 orang selamat, dan 25 orang sisanya hilang. Pada Kamis siang, aparat Malaysia menemukan 8 orang yang sempat hilang dalam kondisi tak bernyawa. Kini berarti masih ada 17 WNI yang hilang.
KJRI Johar Baru dalam keterangan resminya menyebut, salah satu dari 14 korban selamat diduga merupakan pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Hal itu diketahui dari penyelidikan awal Kepolisian Kota Tinggi.
Selain itu, petugas KJRI juga menemukan sejumlah dokumen identitas di sekitar lokasi kejadian. Dokumen itu mengindikasikan sebagian besar korban berasal dari Cilacap, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat (NTB).