Jumat 17 Dec 2021 04:45 WIB

Klaim Menkes Belum Ada Penularan Komunitas Varian Omicron Diragukan Virolog

Kasus pertama omicron terdeteksi pada seorang petugas kebersihan di RSD Wisma Atlet.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Mas Alamil Huda
Seorang pengamen badut berdiri dengan latar belakang RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/12). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan satu kasus positif Covid-19 akibat penularan varian B.1.1.529 atau Omicron di Indonesia, yang terdeteksi berasal dari pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran berdasarkan hasil pemeriksaan Balitbangkes dan diuji genome.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Seorang pengamen badut berdiri dengan latar belakang RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/12). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan satu kasus positif Covid-19 akibat penularan varian B.1.1.529 atau Omicron di Indonesia, yang terdeteksi berasal dari pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran berdasarkan hasil pemeriksaan Balitbangkes dan diuji genome.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus pertama Covid-19 varian omicron di Indonesia pada Kamis (16/12). Kasus pertama omicron ini terdeteksi pada seorang petugas kebersihan berinisial N yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.

Budi memastikan, pihaknya belum melihat adanya penularan omicron berbasis transmisi komunitas atau penularan komunitas. Meskipun seperti itu, Kemenkes RI menggunakan deteksi varian omicron dengan metode baru.

Baca Juga

"Supaya kalau ada omicron kita bisa tahu lebih cepat dengan penggunaan teknologi reagen PCR SGTF ini," kata Budi dalam konfrensi pers secara daring, Kamis (16/12).

Namun, ahli virologi Universitas Udayana I Gusti Ngurah Kade Mahardika meragukan klaim tersebut. Dia meyakini sudah ada transmisi komunitas varian omicron. "Saya yakin sudah terjadi transmisi komunitas. Dan saya lihat tidak sekali saja (varian omicron) masuk ke Indonesia. Ada kemungkinan multiple introduction," kata Mahardika.

Menurut Mahardika, saat ini cara yang dilakukan oleh Pemerintah yakni pemantauan atau monitor terhadap mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dengan whole genome sequencing (WGS) tidaklah efektif. Hal itu lantaran lamanya durasi waktu yang dibutuhkan untuk sekedar mengetahui varian apa saja yang terdeteksi.

"Waktu yang diperlukan dari sampel diambil sampai sequence 14 hari. Dia (N) pun sudah hampir 10 hari. Artinya virusnya sudah lebih itu sebelum ketahuan. Nah, apakah yang bersangkutan (N) sudah sempat menulari. Jadi menurut saya virus itu sudah menular di komunitas,"jelasnya.

Ia pun memperingatkan adanya puncak gunung es pada penyakit menular yakni apa yang terlihat saat ini hanyalah bagian kecil dari yang tidak terlihat. Karena, masih banyak hal yang belum diketahui mengenai virus yang menular dengan cepat tersebut. "Asusmi para ahli ada kasus yang belum terlihat," ujar dia.

Diketahui, pasien dengan inisial N tersebut tidak memiliki riwayat berpergian ke luar negeri. Namun, menurut Menkes Budi, kasus seperti ini juga terjadi di Hongkong. "Kita belajar dari Hongkong memang terjadi juga seperti itu. Jadi karena dia melayani pasien sehingga akibatnya dia tertular," terang Budi.

Diketahui, meskipun terkonfirmasi varian omicron, N tidak menunjukan gejala Covid-19. "Masih sehat tanpa demam, tanpa batuk-batuk, dan saat ini sudah di RT PCR kembali setelah tiga hari berikutnya dan hasil tes PCR negatif," terang Budi.

Hingga kini, sambung Budi, selain temuan kasus konfirmasi varian omicron, Kementerian Kesehatan juga mengidentifikasi adanya lima kasus probable omicron. Kelimanya telah dikarantina dan sudah dilakukan pemeriksaan khusus yang sudah dikirimkan Balitbangkes. Hasilnya akan diketahui tiga hari mendatang untuk melihat apakah sampel tersebut positif omicron atau bukan.

Baca juga : Omicron Masuk Indonesia, Ketahui 3 Hasil Studi Pakar Terhadap Omicron

“Dengan pemeriksaan khusus SGTF, kita mendeteksi 5 kasus probable omicron dua kasus warga Indonesia yang baru balik dari Inggris dan AS, tiga lainnya WNA dari Tiongkok yang ke Manado yang sekarang dikarantina di Manado,” tutur Budi.

Budi mengatakan, penyebaran omicron terbukti sangat cepat. Di Inggris misalnya dari 10 kasus per hari saat ini sudah mencapai 70 ribu kasus per hari. Jauh lebih tinggi dari puncak kasus di Indonesia pada bulan Juli di angka 50 ribu kasus per hari.

Terkait dengan temuan ini, Budi mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik dan tetap tenang. Yang terpenting segera melakukan vaksinasi Covid-19 terutama untuk kelompok rentan dan lansia serta tidak perlu bepergian ke luar negeri jika tidak mendesak, serta terus tegakkan protokol kesehatan 5M, dan memperkuat 3T.

“Kedatangan varian baru dari luar negeri yang kita identifikasi dikarantina, menunjukkan bahwa sistem pertahanan kita atas kedatangan varian baru cukup baik, perlu kita perkuat. Jadi wajar kalau harus stay 10 hari di karantina. Tujuannya bukan untuk mempersulit orang yang datang, tapi melindungi seluruh masyarakat Indonesia,” kata Budi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement