Kamis 16 Dec 2021 22:54 WIB

Penyintas Serangan Masjid di Christchurch Dapat Penghargaan Tertinggi

Imigran Afghanistan selamatkan jamaah Masjid Christchurch dari serangan

Rep: Kamran Dikarma, Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Imigran Afghanistan selamatkan jamaah Masjid Christchurch dari serangan. Masjid Al Noor di Jalan Deans, Christchurch.
Foto: EPA
Imigran Afghanistan selamatkan jamaah Masjid Christchurch dari serangan. Masjid Al Noor di Jalan Deans, Christchurch.

REPUBLIKA.CO.ID,  WELLINGTON – Pemerintah Selandia Baru telah menganugerahkan penghargaan keberanian tertinggi kepada Abdul Aziz, seorang penyintas insiden penembakan dua masjid di Christchurch pada Maret 2019.

Dia termasuk di antara 10 orang yang diakui keberaniannya selama insiden brutal itu berlangsung. 

Baca Juga

Aziz, seorang pengungsi dari Afghanistan, sempat melemparkan mesin kartu kredit saat Brenton Tarrant melepaskan berondongan tembakan ke Linwood Islamic Center. 

Meski mengetahui bahwa Tarrant telah membunuh sejumlah jamaah di masjid tersebut, dia mengabaikannya. Aziz bahkan sempat mengejar Tarrant dengan senjata yang telah dibuangnya. 

Saat diwawancara Radio Selandia Baru, Aziz mengungkapkan, saat itu dia hanya ingin melindungi para jamaah yang sedang beribadah dengannya. 

“Jika saya tidak melakukan itu, kami akan kehilangan banyak saudara kami, termasuk saya juga. Pada saat itu, saya akan jujur dengan Anda, saya bahkan tidak memikirkan bahaya atau apa pun,” ucapnya, dikutip laman Voice of America (VoA). 

Aziz dianugerahi New Zealand Cross untuk keberaniannya. Penghargaan serupa turut diberikan secara anumerta kepada Naeem Rashid yang tewas tertembak di masjid Al Noor.

 Meski ikut kehilangan nyawa, tapi tindakan Rashid saat kejadian dianggap menyelamatkan sejumlah jamaah. “Penghargaan itu (New Zealand Cross) tidak hanya untuknya, tapi untuk setiap orang yang cinta damai yang menentang kebencian,” kata istri Rashid, Ambreen Naeem. 

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, turut memberikan penghargaan keberanian tertinggi kepada dua petugas polisi yang menangkap Brenton Tarrant. Mereka dianggap tak mementingkan diri sendiri dan luar biasa. 

Pada 15 Maret 2019, Tarrant melakukan penembakan massal di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di Christchurch. Berdasarkan keterangan jaksa penuntut di persidangan, aksi tersebut telah direncanakan selama bertahun-tahun. 

Selain membeli dan mengumpulkan senjata, Tarrant pun telah mempelajari denah masjid yang menjadi sasarannya. Beberapa bulan sebelum melakukan serangan, 

Tarrant sempat menerbangkan pesawat nirawak atau drone di atas masjid Al-Noor yang menjadi target utama. 

Saat melancarkan aksi biadabnya, Tarrant menyiarkannya secara langsung melalui akun Facebook pridinya. Setelah menembaki para jamaah di masjid Al Noor dan Linwood, Tarrant sebenarnya hendak melanjutkan aksinya ke Masjid Ashburton. Namun dia kepalang tertangkap oleh aparat kepolisian. 

Aksi penembakan brutal di dua masjid di Christchurch menyebabkan 51 orang tewas. Penembakan itu telah dianggap sebagai peristiwa terkelam dalam sejarah Selandia Baru. Tarrant telah divonis hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement