REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem resi gudang (RG) dapat memperkuat sistem ketahanan pangan nasional. Pasalnya, melalui sistem tersebut komoditas pangan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga ketersediaan pasokan dan harga dapat lebih stabil.
Direktur PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero), Agung Rihayanto, mengatakan, sistem resi gudang dapat dimanfaatkan dari sisi supplay chain atau rantai pasoknya. Ia pun mengatakan KBI sebagai perusahaan pelat merah kini menjadi pusat registrasi gudang di Indonesia.
"Dengan Sistem Resi Gudang, ketersediaan akan terjaga sehingga masyatakat mendapatkan kemudahan dalam hal mendapatkan kebutuhan pangan," katanya dalam keterangan resmi diterima Republika.co.id, Jumat (17/12).
Ia menyampaikan, pemanfaatan resi gudang di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Data perseroan menunjukkan, tahun 2021 sampai bulan November, jumlah resi gudang yang diregistrasi mencapai 582 RG yang terdiri dari 11 Komoditas, dengan total volume sebesar 12,3 Juta Kg dan nilai barang sebesar Rp 484,1 miliar.
Adapun dari sisi pembiayaan, sepanjang 2021 sampai bulan November telah mencapai Rp 261 miliar. Sedangkan sepanjang tahun 2020, jumlah RG yang di registrasi mencapai 427 RG yang terdiri dari 7 Komoditas, dalam volume 9,6 juta kilogram dengan nilai barang sebesar Rp 200,7 miliar. Sedangkan pembiayaannya mencapai Rp 93,8 miliar.
Terkait pemanfaatan Resi Gudang, sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14 Tahun 2021, komoditas yang dapat masuk ke sistem resi gudang meliputi beras, gabah, jagung, kopi, kakao, karet, garam, lada, pala, ikan, bawang merah, rotan, kopra, teh rumput laut, gambir, timah, gula putih krital, kedelai, serta ayam karkas beku.
“Sebagai Pusat Registrasi, kedepan kami akan terus berupaya untuk meningkatkan peran penting resi gudang ini dalam konteks ketahanan pangan," ujar dia.
Selain itu, dalam hal pembiayaan, perseroan juga terus berupaya untuk mengajak lembaga pembiayaan baik bank maupun non bank untuk turut serta dalam pembiayaan resi gudang. "Kami optimis, kedepan resi gudang ini akan mampu menjadi salah satu pilar dalam penciptaan ketahanan pangan nasional," ujar dia.
Pengamat Ekonomi dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sebelas Maret (UNS), Izza Mafruhah, mengatakan, instrument sistem resi gudang dapat membantu dari aspek produksi berupa pembiayaan dan juga aspek penjagaan harga untuk menekan laju inflasi.
"Hal ini karena hasil pertanian adalah salah satu produk yang tergantung pada kondisi alam dan musim, dan tanaman pangan membutuhkan masa sekitar tiga sampai empat bulan sekali panen," katanya.
Pada saat panen raya jumlah produk melimpah sehingga harga turun sebaliknya pada masa tanam dan produksi, hal ini menyebabkan harga fluktuatif. Salah satu alternatif dalam mengatasi ini adalah dengan menyiapkan saluran distribusi yang menjaga ketersediaan barang sekaligus meredam fluktuasi harga agar tidak merugikan baik petani maupun konsumen, dan itu bisa dengan melalui sistem resi gudang.