REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Negara-negara di dunia saat ini rentan terhadap berbagai ancaman bahaya bencana alam seperti banjir, topan, kenaikan muka air laut, dan lain sebagainya. Sebagai negara dengan tingkat urbanisasi tercepat di Asia (4,1 persen per tahun), Indonesia juga rentan akan ancaman bahaya tersebut.
Menurut lembaga Verisk Maplecroft (2021), tiga kota dengan kepadatan tertinggi di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) masuk dalam daftar 10 besar kota dengan risiko dampak lingkungan (environmental risk) tertinggi di dunia. Bahkan Jakarta menempati posisi teratas.
“Kota-kota di Indonesia memiliki kapasitas untuk mendorong pertumbuhan inklusif dan keberlanjutan serta menjadi alat untuk meningkatkan kohesi dan kesetaraan sosial,'' ujar Sophie Kemkhadze, Deputy Resident Representative, United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, dalam keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (16/11).
Untuk menghadapi masalah tersebut, para aktor dan pemangku kepentingan yang berbeda-beda dapat melakukan inovasi sosial bersama untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat perkotaan demi masa depan yang berketahanan dan berkelanjutan. ''Urban Innovation Challenge (UIC) adalah upaya kami untuk mendorong inovasi akar rumput dan memfasilitasi kolaborasi antara masyarakat dan inovator untuk lebih memajukan pembangunan perkotaan menuju pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)”, ujar Sophie.
Sekitar satu bulan, para komunitas atau organisasi telah menerima dukungan berupa workshop dan mentorship yang intensif dari para mentor dan narasumber yang memiliki latar belakang keahlian.
“Inovasi-inovasi sosial yang diciptakan oleh para komunitas di Indonesia masih belum banyak dikenal masyarakat dan seringkali terabaikan. Padahal banyak sekali produk-produk yang bernilai dan mampu bersaing di pasar Indonesia. Diharapkan dengan adanya acara UIC ini, inovasi-inovasi sosial dari masyarakat dapat lebih dikenal dan dapat saling melengkapi dalam kehidupan bermasyarakat”, ujar Prof Ahmad Najib Burhani dari Institute of Social Sciences and Humanities (ISSH), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Rangkaian kegiatan Urban Innovation Challenge, program pengembangan kapasitas untuk mengatasi masalah pembangunan yang dihadapi oleh komunitas akar rumput dan menjalin langkah kolektif dalam menciptakan kota berketahanan, ditutup dengan Demo Day pada Kamis (16/11).
Program kolaborasi antara Ecoxyztem dengan UNDP Accelerator Labs yang telah dilaksanakan sejak Oktober 2021, berhasil menyaring 12 komunitas/organisasi akar rumput dari 127 aplikasi yang masuk dari berbagai kota di Indonesia yang berfokus pada tiga topik utama Urban Innovation Challenge tahun ini yaitu Kota Pintar atau Smart City, Pengelolaan Sampah, dan UMKM & Digitalisasi.
Pada Demo Day yang dilaksanakan secara hybrid ini, telah terpilih tiga solusi terbaik yang akan mendapatkan kesempatan mengikuti program pengembangan kapasitas dan pendanaan eksperimentasi dari UNDP Accelerator Labs & Partners.
Solusi tersebut berasal dari Forum Kolaborasi Komunitas Peduli Sampah (FOKKALIS); Center of Geomatics Application for Sustainable Development (CEGAS) Studio, dan Sayur Sleman.
Salah satu dari dari tiga solusi terpilih, “Sayur Sleman”, yang memiliki solusi program sayur daring dan sedekah sayur untuk memberdayakan para petani, pedagang sayur, dan UMKM, menyatakan antusiasmenya bisa mengikuti rangkaian kegiatan Urban Innovation Challenge dan terpilih untuk mengikuti program pengembangan kapasitas dan pendanaan implementasi. “Saya lebih banyak belajar tentang proses di sini karena kita dibimbing sejak awal dari pengumuman finalis, bootcamp, hingga Demo Day,'' ujar Janu Muhammad, Founder Sayur Sleman.