REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah panel penasihat vaksin Covid-19 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat memberikan suara bulat untuk mendukung rekomendasi penggunaan vaksin Pfizer atau Moderna daripada Johnson & Johnson (J&J). Alasannya, ada data baru yang disajikan kepada panel tentang risiko efek samping pembekuan darah langka terkait suntikan J&J.
Sembilan kasus kematian terkait dengan masalah pembekuan darah telah teridentifikasi terkait suntikan vaksin J&J. Tujuh dari kematian terjadi pada wanita dan dua pria.
Lebih dari 16 juta orang di Amerika Serikat telah mendapatkan vaksin dosis tunggal yang dikembangkan J&J. Para penasihat CDC mengatakan, suntikan J&J harus disediakan untuk kasus-kasus di mana orang tidak dapat menerima atau tidak menginginkan vaksin Pfizer dan Moderna yang tersedia secara luas.
Sebanyak 57 kasus yang terkonfirmasi telah diidentifikasi sebagai efek samping pembekuan yang langka. Pejabat kesehatan federal mengatakan kepada Komite Penasihat CDC tentang Praktik Imunisasi (ACIP) bahwa tingkat efek samping tetap jarang, dilaporkan dalam tingkat 3,8 per juta dosis yang diberikan. Risiko tertinggi diidentifikasi pada wanita dewasa di bawah 50 tahun.
"Saya tidak merasa nyaman, mengingat banyak vaksin mRNA di sekitar, tapi tidak ada pernyataan yang jelas dari ACIP yang mengakui bahwa ada kekhawatiran tentang efek samping yang jarang, tetapi sering kali fatal ini," kata Dr Beth Bell, salah satu anggota komite, dilansir CBS News, Jumat (17/12).
Semua kasus yang dikonfirmasi telah terjadi dalam waktu satu bulan setelah vaksinasi J&J. Efek dirasakan sekitar sembilan hari setelah disuntik.
Badan tersebut mengatakan kepada panel bahwa kasus efek samping yang sangat jarang tapi fatal itu tampaknya berakhir cepat dengan kematian. Padahal, dokter telah berusaha sebaik mungkin untuk mengobatinya.
"Kami terkejut saat meninjau kasus-kasus ini dengan seberapa cepat status pasien memburuk, mengakibatkan kematian," kata Dr Isaac See dari CDC.
Pertemuan itu terjadi setelah Food and Drug Administration (FDA) bergerak untuk mengubah otorisasi penggunaan darurat vaksin J&J. FDA menambahkan lebih banyak detail pada peringatan yang diberikan dengan suntikan yang membahas risiko peristiwa pembekuan darah yang dikenal sebagai trombosis dengan sindrom trombositopenia.
FDA juga menambahkan kontraindikasi untuk orang yang mengalami efek samping setelah suntikan pertama J&J atau suntikan lain berdasarkan teknologi vektor adenovirus serupa, seperti yang dikembangkan oleh AstraZeneca, dari suntikan booster jenis yang sama. Semua penerima vaksin J&J dianjurkan untuk mendapatkan dosis booster dua bulan setelah mereka pertama kali divaksinasi.