REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki tahun 2022, PT Pupuk Kalimantan Timur anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) akan mulai fokus pada penggunaan energi terbarukan (EBT). Penggunaan EBT juga telah disusun dalam peta jala perusahaan dalam 40 tahun ke depan.
Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi, mengatakan, saat ini, dunia telah sepakat bahwa penggunaan bahan bakar fosil harus berkurang. Itu juga terlihat dari konsensus yang disetujui oleh 196 negara untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil di konferensi COP26 yang berakhir pada 13 November lalu.
Untuk itu, tantangan Pupuk Kaltim di masa depan adalah untuk mengimplementasikan strategi pertumbuhan kedua kami ke arah industri kimia yang berkelanjutan. "Roadmap (peta jalan) tersebut akan terus kami kembangkan dengan fokus pada tiga fondasi utama, yaitu efisiensi energi lewat digitalisasi, diversifikasi usaha dengan bahan baku energi terbarukan, dan melakukan praktik ekonomi sirkular guna memanfaatkan emisi produksi menjadi komoditas bisnis baru,” kata Rahmad, Jumat (17/12).
Indonesia menargetkan emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060. Langkah strategis yang tengah diterapkan pemerintah diantaranya adalah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Di sisi lain, berbagai pihak juga semakin kritis dalam menilai bisnis berdasarkan kredensial lingkungan mereka. Rahmad menambahkan, para investor saat ini sangat mempertimbangkan lingkungan, sosial, dan tata Kelola dalam membuat keputusan bisnis.
"Sejalan dengan target tersebut, Pupuk Kaltim menyiapkan sejumlah inisiatif strategis di fase pertumbuhan keduanya," ujarnya.
Pertama, Pupuk Kaltim baik secara organik dan anorganik terus memacu pertumbuhan Perusahaan, di antaranya melalui diversifikasi usaha. Praktik ini tengah menjadi fokus Perusahaan, selain karena potensi yang menjanjikan, hal ini diyakini mampu mendukung terciptanya emisi nol.
“Salah satu strategi utama yang akan kami gerakkan adalah proses hilirisasi atau memproduksi produk turunan Amoniak dan Urea. Selain itu, Perusahaan juga tidak hanya akan melakukan ekspansi, namun juga akan melakukan diversifikasi ke produk-produk berbasis gas alam lainnya,” kata dia.
Selanjutnya, perusahaan berupaya untuk menjadikan emisi gas buang menjadi komoditas bisnis baru dengan menjalankan praktik ekonomi sirkular. Dengan memanfaatkan zat yang normalnya hanya menjadi emisi gas buang, tidak hanya mampu menciptakan komoditas baru, tetapi juga dapat menghasilkan bisnis yang lebih hijau.
Ia mengatakan, perusahaan sedang menjajaki pemanfaatan produk samping berupa Karbon Dioksida (CO2) untuk dijadikan komoditas baru, di antaranya adalah soda ash. Selain CO2, Pupuk Kaltim juga telah memiliki salah satu bahan baku lainnya yang diperlukan yakni amoniak.
"Ini menandakan kemampuan Perusahaan dalam mengoptimalkan potensi produk yang dimiliki untuk dimanfaatkan menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah.
Terakhir, digitalisasi juga menjadi strategi bisnis yang diterapkan secara menyeluruh perusahaan. Pasalnya, dari jalur produksi, distribusi, hingga pengolahan lahan, seluruhnya telah menerapkan teknologi digital.vDalam proses produksi, PKT memiliki smart production yang mana mampu meningkatkan produktivitas.
“Dengan sejumlah inisiatif strategis yang kami lakukan, PKT semangat dan siap dalam mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan emisi nol bersih pada 2060 mendatang,” ujarnya.