Jumat 17 Dec 2021 22:15 WIB

Sri Mulyani: Angka Pengangguran Turun Jadi 6,19 Persen

Kemiskinan turun dari Agustus lalu yang berada pada 7,07 persen.

Rep: Novita Intan / Red: Nashih Nashrullah
Kemiskinan turun dari Agustus lalu yang berada pada 7,07 persen. Kemiskinan (ilustrasi)
Foto: Act
Kemiskinan turun dari Agustus lalu yang berada pada 7,07 persen. Kemiskinan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pemerintah mencatat angka pengangguran mengalami penurunan dari 7,07 persen pada Agustus 2020. Tercatat saat ini angka pengangguran sebesar 6,19 persen. 

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan penurunan terjadi karena pemerintah berupaya menggenjot pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Penurunan ini juga berhasil menciptakan 2,1 juta pekerjaan baru di pasar tenaga kerja. 

Baca Juga

“Pemulihan ini setidaknya ada peningkatan dalam hal ketenagakerjaan. Setelah peningkatan 7,07 persen pada Agustus 2020 lalu, angka pengangguran sekarang menurun menjadi 6,19 persen," ujarnya saat webinar, Kamis (16/12). 

Ke depan pemerintah tak hanya ingin memulihkan pertumbuhan ekonomi saja, melainkan juga ingin meningkatkan jumlah lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. 

Sri Mulyani juga meyakini desain kebijakan yang telah dibentuk pemerintah untuk memulihkan kondisi ekonomi dari pandemi, akan kembali pulih sehingga pertumbuhan ekonomi pada 2022 akan kembali di atas lima persen. 

"Jadi desain ini yang akan terus berjalan dengan sangat baik kita akan terus pulih sepanjang 2022 mudah-mudahan di atas lima persen," ucapnya. 

Di samping itu, pemerintah akan menggelontorkan sebesar 5,2 persen dari APBN untuk merangsang pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Menurutnya, kebijakan fiskal masih sangat menjadi hal yang penting dilakukan di tengah pandemi karena Indonesia telah melonggarkan defisit anggaran untuk bisa atasi guncangan ekonomi akibat pandemi. 

“Pada tahun ini saja, defisit anggaran direncanakan berada posisi 5,7 persen. Namun, dengan lonjakan harga komoditas dan pemulihan yang kuat,” ucapnya. 

Ke depan Sri Mulyani optimis defisit hanya berada posisi 5,1 sampai 5,4 persen. “Tahun depan, pemerintah berencana akan semakin mengetatkan defisit anggaran menjadi 4,8 persen,” ucapnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement