REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran telah menunjukkan kemuliaan dan keutamaan para ahli ilmu di sisi Allah ﷻ.
Allah ﷻ dalam firman-Nya, mengangkat derajat orang-orang yang mempunyai ilmu. Hal ini sebagaimana penegasan surat Al Mujadilah ayat 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan..”
Karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mencintai para ulama sebagai bagian dari ahli ilmu Rasulullah ﷺ bersabda:
وقال صلى الله عليه وسلم: أكرموا العلماء فإنهم عند الله كرماء مكرمون
Artinya, “Hendaknya kamu semua memuliakan ulama, karena mereka itu orang-orang yang mulia menurut Allah dan dimulyakan.” (Kitab Lubabul Hadits).
Mencintai ulama juga memiliki banyak keutamaan. Di antaranya diceritakan dalam kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabuddin al-Qalyubi terbitan Diva Press.
Dalam kitab tersebut, Ka'ab bin al-Ahbar mengungkapkan bahwa sesungguhnya Allah ﷻ akan menghisab amal hamba-Nya.
Apabila kejelekan-kejelekannya lebih unggul daripada kebaikannya, maka ia diperintahkan masuk ke neraka.
Ketika para malaikat menggiring mereka ke sana, Allah ﷻ berkata kepada Jibril, "Temukan hamba-Ku. Bertanyalah kepadanya, apakah pernah duduk dalam majelis orang alim tatkala di dunia. Bila benar, Aku mengampuninya dengan pertolongan alim tersebut."
Kemudian, Jibril bertanya kepada hamba tersebut. Namun, ia menjawab "Tidak".
Jibril berkata, "Wahai Tuhan, Engkau mengetahui keadaan hamba-Mu yang berkata 'tidak'."
Allah ﷻ berkata, "Bertanyalah kepadanya, apakah ia mencintai orang alim?"
Ia menjawab, "Tidak".
Allah ﷻ berkata lagi, "Bertanyalah kepadanya lagi, apakah ia pernah duduk makan bersama orang alim."
Ia menjawab, "Tidak".
Allah ﷻ berkata lagi, "Bertanyalah kepadanya, apakah namanya sama dengan nama orang alim, atau nasabnya berasal dari nasab orang alim?"
Ia menjawab "Tidak".
Allah ﷻ berkata lagi, "Bertanyalah kepadanya lagi, apakah ia mencintai seseorang yang mencintai orang alim?"
Ia menjawab "iya".
Allah ﷻ kemudian berkata kepada Jibril, "Ambillah tangannya. Masukkan ia ke surga. Aku mengampuni dosanya sebab itu."