Penanganan Bencana Gunung Semeru Berfokus ke Fase Pemulihan
Red: Muhammad Fakhruddin
Pekerja menggunakan alat berat membuat sudetan aliran lahar hujan Gunung Semeru di Kamar Kajang, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Jumat (17/12/2021). Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas mempercepat proses pembuatan tanggul dengan mengerahkan 22 eskavator dan 2 buldoser sebagai upaya mengembalikan aliran lahar ke jalur semula agar tidak meluber ke permukiman. | Foto: ANTARA/Budi Candra Setya/nz
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pelaksana Tugas Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan penanganan bencana awan panas dan guguran Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kini berfokus kepada fase awal pemulihan.
Abdul mengatakan hal tersebut karena fase pencarian korban resmi dihentikan serta jumlah pengungsi yang semakin bertambah akibat aktivitas Gunung Semeru. "Jadi proses ini mulai bergeser dari fokus pencarian korban ke fase awal pemulihan," ujar Abdul dalam konferensi pers secara daring diikuti dari Jakarta, Jumat (18/12).
Abdul mengatakan sejak hari kesepuluh pencarian korban dan penetapan Status Tanggap Darurat Kabupaten Lumajang mulai 4-17 Desember 2021, maka tidak ditemukan lagi jasad korban. Dengan demikian mulai 13 Desember 2021 ditetapkan tidak ada lagi kegiatan pencarian jasad korban hilang. Namun, hingga 16 Desember 2021 jumlah pengungsi bertambah yang sudah mencapai 10.571 jiwa.
"Ini yang menjadi fokus perhatian saat ini dan ke depan bahwa kita harapkan masyarakat terdampaktidak terlalu lama di tempat pengungsian," ujar Abdul.
Abdul mengatakan upaya pencarian jasad korban hilang untuk saat ini akan berjalan seiring dengan proses transisi menuju awal tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, seperti pemulihan alur sungai.
Kemudian seiring peningkatan status dari level waspada menjadi level siaga terhitung pada 16 Desember 2021 diimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak. Selanjutnya tidak berada pada radius 5 km dari puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.