Sabtu 18 Dec 2021 16:16 WIB

KLHK Dukung Ketahanan Ekonomi dan Iklim Berjalan Beiringan

Kemajuan ekonomi jangan sampai malah berdampak buruk terhadap perubahan iklim.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur Jenderal Pengendalian dan Perubahan Iklim KLHK, Laksmi Dhewanthi
Foto: KLHK
Direktur Jenderal Pengendalian dan Perubahan Iklim KLHK, Laksmi Dhewanthi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (DJPPI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK) Laksmi Dhewanthi menyampaikan pihaknya mendukung agar ketahanan ekonomi dan iklim berjalan bersamaan. Ia tak ingin kemajuan ekonomi malah berdampak buruk terhadap perubahan iklim.

Laksmi mengatakan ketahanan ekonomi memastikan risiko perubahan iklim tidak mengganggu perekonomian. Hal ini dicapai dengan pembangunan rendah emisi gas rumah kaca (GRK) dan ketahanan sistem pangan, air, dan energy melalui penerapan lima program kunci. 

Baca Juga

"Program kunci pertanian dan perkebunan berkelanjutan, penurunan deforestasi dan degradasi hutan (REDD), pemanfaatan lahan terdegradasi, efisiensi energy, dan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan," kata Laksmi dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (18/12).

Salah satu cara guna memastikan hal itu terjadi ialah menerapkan konsep ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular adalah alternatif dari ekonomi linier/tradisional (membuat, menggunakan, membuang) dimana melalui ekonomi sirkular bisa menjaga sumber daya tetap digunakan selama mungkin, mengekstraksi nilai maksimum darinya saat digunakan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan material pada tingkat akhir setiap umur layanan. 

Penerapan ekonomi sirkular mendapat dukungan Indonesia Business Links (IBL), Citi Indonesia dan Citi Foundation. Founder and CEO Partership-ID IBL Board of Management Yanti Triwadiantini menjelaskan ekonomi sirkular adalah pendekatan sistematis untuk mengurangi atau menghilangkan biaya sistem produksi konsumsi yang linier. Termasuk menghilangkan limbah dan polusi, menjaga agar produk dan bahan tetap dipakai, dan memproduksi ulang sistem alamiah. 

"Konsep ekonomi sirkular lebih dari sekadar recycling karena perlu transformasi dari keseluruhan sistem produksi dan tidak semata-mata mengurangi dampak buruk produksi, tapi juga menciptakan meningkatkan dampak positif," ujar Yanti.

IBL juga mengajak para generasi muda mencegah perubahan iklim dengan mengikuti webinar bertema “Penguatan Ekonomi Sirkular Dengan Menumbuhkan Eco-Sociopreneur Pemuda di Tengah Perubahan Iklim”. Webinar ini merupakan salah satu kegiatan yang dijalankan dalam program Skilled Youth Fase V, yang diikuti oleh para generasi muda yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. 

"Skilled Youth Fase V merupakan bentuk kepedulian terhadap masa depan generasi muda dan iklim yang terjadi di Indonesia selama ini," ucap Executive Director of IBL Yayan Cahyana.

Yayan menjelaskan program Skilled Youth Fase V memberikan dan membantu peluang ekonomi generasi muda melalui peningkatan kompetensi. Diharapkan mereka siap menjadi tenaga kerja dan seorang wirausaha yang tangguh. "Pemuda ini adalah tulang punggung kita di masa depan. Maka dari itu IBL sejak 2004 mengembangkan aktifitas anak muda," tutur Yayan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement