Ahad 19 Dec 2021 08:42 WIB

40 Rumah Adat Kampung Naga Rusak, Bantuan Pemerintah Belum Ada

Wabup Tasikmalaya mengaku baru mengetahui rusaknya 40 rumah adat di Kampung Naga.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Bilal Ramadhan
Deretan rumah tradisional di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (2/11).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Deretan rumah tradisional di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kampung Naga di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, merupakan satu dari sekitar 50 kampung adat di Jawa Barat (Jabar) yang masih bertahan. Namun, saat ini terdapat banyak rumah rusak di Kampung Naga.

Juru Kunci Kampung Naga, Ade Suherlin mengatakan, sekitar 40 persen dari total 112 rumah di kampung adat tersebut mengalami kerusakan. Kondisi rumah-rumah itu disebut sudah lapuk termakan usia. Bahkan, beberapa di antaranya mengalami kebocoran saat hujan turun.

Baca Juga

"Ya kami berusaha masing-masing sesuai kemampuan untuk melakukan perbaikan," kata Ade.

Menurut Ade, belum ada bantuan dari pemerintah setempat untuk memperbaiki kerusakan puluhan rumah itu. Ia berharap, pemerintah dapat memberikan bantuan. "Harapan mah ada, tergantung oemerungah mau memperhatikan atau gimana," kata dia.

Wakil Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, mengaku baru mengetahui informasi mengenai rusaknya puluhan rumah di Kampung Naga. Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya bisa saja memberikan bantuan untuk penanganan rumah rusak itu. Namun, bantuan tak bisa diberikan secara langsung.

Artinya, menurut dia, harus ada permohonan terlebih dahulu dari komunitas di Kampung Naga. "Kami juga dari APBD tak bisa menyentuh langsung ke mereka, karena tidak bisa langsung dibangun oleh kami. Kecuali kalau mereka memohon, sehingga nanti sifatnya hibah ke komunitasnya," ujar dia.

Ia menjelaskan, proses renovasi rumah rusak di Kampung Naga itu tidak seperti melakukan renovasi di rumah masyarakat pada umumnya. Sebab, menurut dia, komunitas di Kampung Naga pasti memiliki cara tersendiri dalam proses perbaikannya.

"Ini kan prosesnya tak seperti relokasi rumah terdampak longsor, dipindahkan. Kan tidak begitu. Pasti ada caranya tersendiri, punya gambar tersendiri, desain tersendiri, ada ritual yang dijaga. Intinya selama ada komunikasi, dan secara aturan kami bisa bantu, pasti akan kami bantu," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement