Ahad 19 Dec 2021 19:06 WIB

Perajin Sangkar Burung Selaawi Garut Diajak Bertransformasi

Transformasi ke usaha formal kini cukup dengan NIB.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, melihat kerajinan sangkar burung dalam kegiatan Selaawi Bamboo Festival 2021 di Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Sabtu (18/12).
Foto: Republika/Bayu Adji P.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, melihat kerajinan sangkar burung dalam kegiatan Selaawi Bamboo Festival 2021 di Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Sabtu (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengajak para perajin sangkar burung yang tergabung dalam Perkumpulan Pengusaha dan Perajin Bambu Mekarsari Jaya Mandiri, untuk mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB). Ia menambahkan, akan terus mendorong transformasi usaha informal menjadi formal.

"Saat ini, legalitas usaha cukup dengan NIB," kata Teten dalam keterangan resmi, Ahad (19/12).

Baca Juga

Lewat memiliki izin usaha menjadi usaha formal, lanjut Teten, para perajin akan banyak mendapat manfaat dan kemudahaan. Di antaranya, mudah untuk mendapat akses pembiayaan, pasar, dan fasilitas usaha lainnya. 

"Kita sudah siapkan akses pembiyaan murah. Seperti Kredit Usaha Rakyat atau KUR dengan bunga sangat murah hanya 3 persen," jelas Teten.

Ia juga mendorong para perajin mengonsolidasikan diri ke dalam satu wadah badan hukum bernama koperasi. Sebab, paguyuban atau perkumpulan bukanlah sebuah badan hukum. 

"Saat ini, tidak ada lagi bantuan dana berbentuk hibah. Yang akan kita  perkuat adalah permodalan dan kelembagaan koperasinya," tegas Teten.

Dalam kesempatan sama, salah seorang perajin bernama Cecep Saripudin menjelaskan, jumlah perajin yang tergabung perkumpulan sebanyak 2.000 perajin, dengan total produksi sekitar 300 set sangkar burung per hari. "Ada 100 pengepul yang ada di Desa Mekarsari untuk menampung semua produk sangkar burung yang dihasilkan perkumpulan," kata Cecep, yang sudah 30 tahun melakoni usaha sangkar burung.

Cecep mengakui, para perajin tidak ada masalah mengenai tenaga kerja pembuat sangkar burung, bahan baku, dan juga pemasaran. Tenaga kerja memanfaatkan para anak muda yang ada di Desa Mekarsari. 

"Kita melatih anak-anak muda desa. Yang sudah bisa tugasnya mendampingi. Tidak terlalu sulit karena ini profesi yang sudah turun-temurun," jelasnya.

Begitu pula dengan pemasaran, produk sangkar burung Desa Mekarsari sudah melambung hingga ke Jakarta, Bogor, Bandung, Jateng, dan Jatim. "Namun, kita masih terkendala dalam hal permodalan usaha," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement