Senin 20 Dec 2021 02:44 WIB

Menanti Sektor Pariwisata Sumbar Kembali Bangkit

Pencanangan tahun kunjungan wisata Sumbar 2023 jadi awal dalam akselerasi pariwisata.

Pengunjung bersepeda di objek wisata Lembah Harau, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat, Ahad (9/5/2021). Kapolda Sumbar Irjen Pol Toni Harmanto memastikan seluruh objek wisata di provinsi itu ditutup saat libur Idul Fitri 1442 hijriah untuk mencegah penyebaran virus COVID-19.
Foto: ANTARA /Iggoy el Fitra
Pengunjung bersepeda di objek wisata Lembah Harau, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat, Ahad (9/5/2021). Kapolda Sumbar Irjen Pol Toni Harmanto memastikan seluruh objek wisata di provinsi itu ditutup saat libur Idul Fitri 1442 hijriah untuk mencegah penyebaran virus COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Hampir dua tahun berlalu sejak April 2020 tak ada lagi kunjungan wisatawan asing yang tercatat datang ke Sumatra Barat (Sumbar) melalui Bandara Internasional Minangkabau. Padahal pada 2019, berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, sebanyak 61.131 wisatawan asing berkunjung ke provinsi itu dan mengalami kenaikan 3,33 persen dibandingkan 2018 yang hanya 54.383 orang. Dari 61.131 wisatawan asing yang berkunjung ke Sumbar paling banyak berasal dari Malaysia mencapai 46.730 orang.

Namun sejak pandemi COVID-19 mewabah, tak ada lagi penerbangan langsung dari Kuala Lumpur menuju Padang menyebabkan kunjungan wisatawan asing benar-benar anjlok. Dampak dari semua itu dirasakan oleh hampir semua sektor yang bergerak di bidang pariwisata mulai dari perhotelan, biro perjalanan wisata, hingga pelaku UKM yang ada di objek wisata.

Baca Juga

Sejak pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sumbar selama 47 hari mulai 22 April hingga 7 Juni 2020 tak ada lagi masyarakat yang berpelesir, termasuk menggunakan bus pariwisata.

Pada awal pandemi, salah seorang operator bus pariwisata di Padang, Fordismen, mengeluhkan kebijakan PSBB yang membuat armadanya tiga bulan tidak beroperasi karena tak ada penyewa. Akibatnya bus pariwisata yang biasa digunakan oleh pelanggan lebih banyak berada di garasi menyebabkan kerugian Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per hari.

Tidak hanya itu, dari data yang dihimpun Bappeda Padang, pengelola hotel dan restoran di Padang mengalami pengurangan transaksi hingga Rp 174 miliar saat pemberlakuan PSBB. Tak kurang dari 12 ribu UKM juga terdampak mengalami pengurangan transaksi mencapai Rp17,6 miliar mulai dari kuliner, ritel, jasa, hingga kerajinan.

photo
Wisatawan menggunakan jetski di Pulau Soetan, Kawasan Wisata Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Ahad (26/9). - (Antara/Iggoy el Fitra)

Dari data BPS Sumbar, pada Agustus 2020 juga terungkap sebanyak 531 ribu pekerja terdampak COVID-19 atau sebanyak 13,23 persen dari total penduduk usia kerja. Dari 531 ribu pekerja tersebut terdiri atas pengangguran karena COVID-19 35,46 ribu orang, tidak bekerja sementara karena COVID-19 27,76 ribu orang, mengalami pengurangan jam kerja 454,51 ribu orang, bukan angkatan kerja karena COVID13,92 ribu orang.

Kini setelah hampir dua tahun berlalu, perlu akselerasi dan percepatan agar sektor pariwisata Sumbar kembali bangkit yang mendorong ekonomi tumbuh. Konsul Pelancongan atau Direktur Tourism Malaysia di Medan Hishamuddin Mustafa berharap sektor pariwisata segera bangkit sehingga kunjungan wisatawan di antara Indonesia dengan Malaysia bisa kembali ramai.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement