REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sandiaga Salahuddin Uno angkat bicara usai dituding merekayasa forum ijtima ulama untuk mendeklarasikannya sebagai calon presiden (capres) di 2024. Ia menegaskan, fokusnya saat ini adalah menjalankan tugas sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf).
"Sekarang saya fokusnya di Parekraf, tidak kepikiran sama sekali untuk melakukan hal-hal yang lain," ujar Sandiaga lewat keterangannya, Senin (20/12).
Tugasnya saat ini adalah memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di tengah pandemi Covid-19. Tujuannya agar ekonomi Indonesia dapat bangkit dan lapangan pekerjaan kembali terbuka.
Ia sendiri memuliakan dan menghargai pendapat para ulama. Sebab mereka adalah waratsatul anbiya atau pewaris para Nabi. "Ulama itu adalah panutan saya dan kami sangat memuliakan nasehat dari para ulama-ulama," ujar Sandiaga.
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu sekali lagi menegaskan bahwa fokusnya saat ini adalah tugasnya sebagai Menparekraf. Sekarang adalah momen bersatu untuk bangkit dari pandemi. "Saya yakin saat ini adalah saat yang paling penting untuk kita bersatu padu, jangan sampai kita terpecah belah," ujar Sandiaga.
Koordinator Forum Ijtima Ulama dan Pemuda lslam Indonesia (PII) Arif Fahrudin menanggapi tudingan rekayasa dukungan Ijtima Ulama untuk Sandiaga Uno. Menurutnya, dukungan tersebut murni aspirasi keumatan.
Arif mengatakan, sudah hal biasa jika para ulama dan pemuda islam membicarakan berbagai hal kebangsaan. Dia melanjutkan, salah satunya terkait dukungan Ijtima Ulama untuk Sandiaga Uno yang dinilai menjadi pandangan terbaik.
Menurutnya, Sandiaga dipilih karena mewakili sosok milenial yang bijaksana, tidak memiliki masalah keagamaan, terbuka dengan para ulama hingga santri. Dia mengatakan, mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu juga dinilai juga memiliki pengalaman politik yang cukup.
"Sandiaga selama ini terbuka dengan para ulama dan santri. Programnya pun menyasar para santri. Itu yang membuat ulama dan pemuda islam menilai Sandiaga bisa diterima semua kalangan," ujar Arif.