REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berencana melakukan penataan kawasan perempatan Pasar Pon mencakup Jalan Gatot Subroto dan Jalan Diponegoro, Ngarsopuro. Gibran menyebut, kawasan tersebut akan ditata dan dijadikan lebih bagus dari Malioboro di Yogyakarta.
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan, penataan akan dilakukan tahun depan dengan menggunakan anggaran APBN. Berdasarkan gambar desain dari Pemkot, gedung yang berada di empat sudut perempatan bakal didesain bergambar wayang dan batik. Pada sisi utara dan selatan perempatan, terdapat tiang-tiang seperti gerbang."Tahun depan. Konsepnya seperti itu. Potensinya gede. Enggak mungkin tambah sepi," kata Gibran kepada wartawan, Senin (20/12).
Gibran menyatakan, penataan tersebut bertujuan untuk menjadikan kawasan itu sebagai destinasi wisata. Sehingga, pengunjung semakin ramai dan meningkatkan perekonomian di Solo."Kami percantik tempatnya, biar tambah ramai," imbuhnya.
Gibran mengaku, sejumlah pedagang telah melayangkan penolakan penataan kawasan Gatot Subroto hingga Jalan Diponegoro. Menurutnya, ada kesalahpahaman antara pedagang dengan konsep dari Pemkot. Penolakan pedagang pada konsep pasar malam (night market) seperti yang dulu rutin digelar sebelum pandemi Covid-19. Selain itu, penolakan pada konsep parkir yang dipusatkan di Mangkunegaran. Dia mengaku sudah memikirkan masukan dari para pedagang.
"Banyak kesalahpahaman. Tujuan kita biar tambah ramai kok. Yang dikhawatirkan pedagang kalau tambah sepi. Kita enggak akan merugikan. Jadi tempat tujuan wisata, tambah ramai. Ada pertunjukan disitu. Masak mau gitu-gitu terus," jelasnya.
Salah satu pemilik toko mainan di Jalan Gatot Subroto, Hendro (82), mengaku mendapatkan informasi simpang siur terkait penataan kawasan depan tokonya. Salah satu informasi itu, kendaraan tidak diperbolehkan melintas selama 24 jam. Kemudian, lokasi parkir dipusatkan di Pura Mangkunegaran.
"Yang berat kalau di sini tidak boleh parkir, setidaknya sepeda motor masih diperbolehkan. Pembeli pasti memilih belanja di dekat lokasi parkir," ujar Hendro saat ditemui Republika di tokonya.
Hendro menceritakan, sejak tahun 1960-an kawasan Jalan Gatot Subroto beberapa kali dilakukan penataan. Namun, ada yang direalisasikan dan ada yang dibatalkan.
Terakhir, penataan pedesterian di kawasan Jalan Gatot Subroto beberapa waktu lalu. Hendro mengaku saat itu tokonya tidak beroperasi beberapa bulan. Namun, setelah proyek selesai, hasilnya ketika hujan sudah tidak ada genangan air. "Tujuan pemerintah pasti baik. Cuma pelaksanaannya kita tidak tahu," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Solo, YF Sukasno, mengatakan, Komisi III sangat mendukung rencana Pemkot terkait penataan kawasan Pasar Pon."Apalagi di kawasan Jalan Gatot Subroto sudah rapi, tidak ada instalasi telepon, listrik, semua sudah di dukting cabel atau masuk dalam tanah. Konsepnya Mas Wali Kota, saya melihatnya sangat bagus," jelas Sukasno saat dihubungi Republika, Senin.
Sukasno menambahkan, setelah penataan kawasan Pasar Pon, Komisi III mempunyai usul kepada Pemkot Solo. Komisi III mengusulkan agar Wali Kota melanjutkan penataan segitiga emas Kota Solo yang mencakup Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, koridor Jalan Jenderal Sudirman, dan Pasar Gede.
Sukasno menjelaskan, Keraton termasuk di dalamnya Alun-alun utara dan selatan merepresentasi kebudayaan. Kemudian, Jalan Jenderal Sudirman dan Benteng Vastenburg merupakan representasi pemerintahan dengan filosofi keterbukaan. Di kasawan tersebut terdapat bank, tempat ibadah, balai kota yang semuanya didesain tanpa pagar dengan filosofi keterbukaan.
Selanjutnya, kawasan Pasar Gede sebagai pusat perekonomian dan kawasan Pecinan yang memiliki folosofi pembauran."Ketiganya itu menjadi sarana interaksi publik yang sangat bagus. Menghidupkan budaya jalan kaki di kawasan itu. Apalagi, tahun 2022 akan dibangun area parkir di timur Pasar Gede," katanya.