Senin 20 Dec 2021 18:19 WIB

Jangan Panik, Omicron Disebut Ahli Hanya Ganas di Negara dengan Dua Ultraviolet

Pemerintah menegaskan belum menemukan penularan varian Omicron di tengah masyarakat.

Red: Andri Saubani
Suasana Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet (kiri) di Kemayoran, Jakarta, Jumat (17/12/2021). Pemerintah memutuskan untuk mengisolasi RSDC Wisma Atlet Kemayoran selama 7 hari sebagai bentuk antisipasi pencegahan penularan varian Omicron pada level komunitas menyusul ditemukannya kasus di area rumah sakit tersebut.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan/nz.
Suasana Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet (kiri) di Kemayoran, Jakarta, Jumat (17/12/2021). Pemerintah memutuskan untuk mengisolasi RSDC Wisma Atlet Kemayoran selama 7 hari sebagai bentuk antisipasi pencegahan penularan varian Omicron pada level komunitas menyusul ditemukannya kasus di area rumah sakit tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Dessy Suciati Saputri, Antara

Kasus Covid-19 varian omicron di dunia meningkat hingga delapan kali lipat dalam sepekan terakhir. Menurut data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, saat ini ada 62.342 kasus positif varian omicron baru di seluruh dunia.

Baca Juga

"Minggu lalu kasusnya naik dari 7.900 di dunia menjadi 62.342. Jadi, kenaikannya lebih dari delapan kali lipat dalam seminggu di dunia," kata Budi, Senin (20/12).

Budi melanjutkan, negara yang mendeteksi varian omicron jumlahnya pun terus bertambah. Bila dua minggu lalu hanya ada 72 negara, kini jumlahnya mencapai 97 negara.

"Kemudian ranking-nya juga berubah. Tadinya Afrika Selatan di atas sekarang yang paling tinggi adalah Inggris dengan 37 ribu kasus," ujar eks wakil menteri BUMN tersebut.

Berikutnya, negara paling tinggi mengalami penyebaran omicron adalah Denmark dengan 15 ribu kasus; Norwegia dengan 2.000 kasus; Afrika Selatan dengan 1.300 kasus, dan Amerika Serikat 1.000 kasus.

"Jadi, sudah mulai terjadi pergeseran populasi omicron dan yang paling banyak ada di Eropa," kata Budi.

Menkes pun mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan tidak melakukan perjalanan ke luar negeri terlebih dahulu. Hal ini karena laju penyebaran omicron terbukti sangat cepat.

“Penting sekali bagi kita untuk saling menjaga orang-orang terdekat agar tidak tertular Covid-19, terlebih dengan adanya varian omicron saat ini. Jadi, saya tegaskan kembali agar tidak bepergian ke luar negeri dahulu untuk kebaikan kita bersama,” ujarnya.

Menurut ahli kesehatan dr Andreas Harry Lilisantoso SpS (K) yang juga anggota Asosiasi Peneliti Alzheimer Internasional (AAICAD), masyarakat Indonesia tidak perlu terlalu khawatir berlebihan menyikapi varian omicron. Banyaknya sinar ultraviolet di negara seperti Indonesia menjadi salah satu keuntungan.

"Tidak usah khawatir, varian omicron hanya ganas di negara yang ultraviolet (UV)-nya cuma dua UV, sedangkan di Indonesia rata-rata delapan UV," katanya di Jakarta, Senin (20/12).

Andreas mengatakan bahwa di wilayah Provinsi Papua UV-nya malah mencapai 12 UV. "Jadi, mana bisa hidup omicron dalam kondisi UV yang tinggi seperti itu," kata sukarelawan yang terlibat dalam membantu menggalang bantuan nutrisi bagi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19 itu.

Meski begitu, ahli saraf lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) itu menegaskan bahwa seperti sudah banyak disampaikan epidemiolog, protokol kesehatan Covid-19 adalah suatu keniscayaan yang harus dipatuhi semua masyarakat. "Karena, bagaimanapun juga kondisi saat ini masih pandemi. Jadi, protokol kesehatan tidak boleh kendor dan bahkan abai," kata Andreas Harry Lilisantoso.

Terkait UV dimaksud, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Maret 2021 menyimpulkan sinar far ultraviolet-C (UVC) dapat membunuh virus korona penyebab Covid-19. Sinar tersebut juga diyakini dapat menghambat penyebaran virus tersebut di udara dan permukaan benda, tapi tetap aman bagi manusia.

Baca juga : Jateng Percepat Vaksinasi Anak

"Dengan adanya paparan sinar Far UVC akan menghambat penyebaran virus Covid-19, baik di permukaan benda atau di udara dan lebih aman tehadap kulit dan mata dibanding sinar UVC lainnya, yaitu dengan panjang gelombang 254 nanometer," kata Ketua Tim Periset Bilik Sterilisasi menggunakan lampu Far UVC dari LIPI Dr Yusuf Nur Wijayanto.

Yusuf menjelaskan, bagi masyarakat, penggunaan sinar far UVC dengan panjang gelombang 222 nanometer (nm) akan memberikan lingkungan yang lebih steril dari virus atau mikroorganisme dalam rangka mewujudkan suasana yang lebih aman dalam beraktivitas dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ditentukan. Pemerintah daerah, katanya, bisa mulai memanfaatkan inovasi Bilik Sterilisasi dan Lampu Sterilisasi Sinar Far UVC 222 nm yang diciptakan LIPI untuk kenyamanan masyarakat beraktivitas, seperti pemasangan lampu di taman menggunakan sinar far UVC.

Dalam literatur kesehatan disebutkan sinar matahari merupakan sumber sinar UV. Cahaya matahari terdiri dari tiga jenis sinar, yaitu UVA, UVB, dan UVC. Penggunaan jenis cahaya yang dapat membunuh virus korona adalah UVC.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement