Selasa 21 Dec 2021 04:08 WIB

Muktamar NU Diusulkan Bahas Ushul Fikih Kebudayaan

Pembahasan ushul fiqih kebudayaan disampaikan oleh Lesbumi NU.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Muktamar NU Diusulkan Bahas Ushul Fiqih Kebudayaan. Foto: 1.500 anggota Banser Nahdlatul Ulama (NU) siap amankan pelaksanaan Muktamar ke-34 NU di Lampung, 22-24 Desember 2021.
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Muktamar NU Diusulkan Bahas Ushul Fiqih Kebudayaan. Foto: 1.500 anggota Banser Nahdlatul Ulama (NU) siap amankan pelaksanaan Muktamar ke-34 NU di Lampung, 22-24 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 akan segera digelar di Provinsi Lampung pada 22-23 Desember 2021 mendatang. Dalam forum terbesar warga nahdliyin ini, Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (PP Lesbumi) Nahdlatul Ulama, KH M Jadul Maula mengusulkan agar membahas tentang Ushul Fiqih Kebudayaan.

“Kami dari Lesbumi PBNU itu mengusulkan untuk muktamar itu dibicarakan tentang kebudayaan ini, ushul fiqih kebudayan Islam nusantara,” ujar Kiai Jadul saat dikonfirmasi Republika, Senin (20/12).

Baca Juga

Namun, menurut Kiai Jadul, karena waktu pelaksanaan Muktamar kali ini sangat pendek, maka pembahasan tersebut nantinya akan diarahkan untuk dibahas lebih lanjut dalam forum Musyarawah Nasional (Munas).

Nah, karena waktu muktamar besok itu dipersingkat, mengingat pembahasan ini akan membutuhkan waktu panjang, maka tema itu diarahkan untuk diajukan dalam forum Munas,” ucapnya.

Dia berharap, rumusan ushul fikih kebudayaan tersebut nantinya bisa menjadi ancang-ancang, titik tolak, dan dasar bagi gerakan kebudayaan yang lebih sistematis dan massif di lingkungan NU. “Karena, selama ini gerakan kebudayaan kita sifatnya masih parsial, spontan, dan masih berserakan ke mana-mana,” ucapnya.

Dia mengatakan, sebenarnya kebudayaan NU memiliki banyak potensi, tapi saat ini masih belum menjadi gerakan yang sistematis. Karena, menurut dia, selama ini masih ada anggapan seolah-olah kebudayaan itu hanya berupa kesenian saja.

“Lalu, kesenian itu di lingkungan NU itu hanya menjadi objek bahasan hukum, hukumnya menyanyi, hukumnya menari, hukumnya main film, itu juga kadang masih jadi problem dari fikih,” katanya.

Namun, lanjutnya, jika semua itu dilihat dari sudut pandang kebudayaan yang besar, maka akan dapat menjadi salah satu penyangga tegaknya bangsa ini. Karena, kemajuan suatu bangsa itu dilihat dari kebudayannya.

“Budaya itu adalah perilaku yang dasarnya budi luhur. Jadi yang tidak berbudi itu bukan kebudayaan. Nah inilah perlu penegasan-penegasan di dalam pengertian kebudayaan itu, lalu dasar-dasar keagamannya, sehingga ini menjadi kerangka besar NU mengembangkan strateginya sebagai gerakan kebudayaan yang betul-betul massif,” jelasnya.

“Sehingga NU itu menjadi jangkarnya NKRI, supaya perjalanan bangsa ini tidak goyah, tidak oleng, apalagi sampai kandas,” kata pengasuh Pesantren Kaliopak Yogyakarta ini.

Menjelang Muktamar NU ke-34 ini, kiai NU juga memberikan sentuhan kesenian. Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifuddin Muhajir menulis lagu kasidah muktamar. Kasidah yang menjadi official song itu diaransemen oleh seniman dari Lesbumi NU, Sastro Adi.

Dalam lagu kasidah tersebut, Kiai Afifuddin menulis syair dalam bahasa Arab. Salah satunya syairnya memiliki arti, “Para ulama dan pimpinan Nahdlatul Ulama akan segera berkumpul dalam sebuah muktamar. Mereka akan mencari solusi (atas problematika umat).”

Menurut Kiai Afif, kasidah Muktamar NU tersebut dibuat sebagai ekspresi kecintannya terhadap NU. “Ini merupakan ekspresi dari kecintaan saya terhadap NU, punya harapan besar terhadap peran NU ke depan, dan dalam kaitannya dengan muktamar yang akan datang mudah-mudahan sukses,” kata Kiai Afif saat dihubungi Republika.co.id, Senin (20/12).

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Muktamar ke-34 NU, Muhammad Imam Aziz menilai kasidah tersebut sebagai pengingat kepada warga Nahdliyin bahwa NU adalah organisasi yang didirikan dan dicita-citakan oleh para auliya dan alim ulama dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negara, sebagaimana penggalan dalam lirik lagu yang dilaunching.

“Jadi, (qasidah) ini untuk memberi semangat kembali bahwa NU kini sudah 100 tahun sehingga perlu diperbaharui lagi semangatnya. Nah, ini sangat luar biasa sekali,” kata Kiai Imam Aziz dalam tayangan Launching Official Song Muktamar Ke-34 NU.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement