REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) diprediksi dapat meraup 4,4 miliar dolar AS atau sekira Rp 63,3 triliun apabila wacana Piala Dunia per dua tahun terwujudkan. Hal itu disampaikan dalam konferensi tingkat tinggi yang digelar FIFA pada Senin (20/12).
Data finansial itu merupakan bagian dari hasil studi kelayakan yang disajikan FIFA. Pemaparan tersebut hanya sebagai bagian dari proses konsultasi tanpa adanya pembicaraan tentang jadwal pemungutan suara.
Profesor Pasquale Lucio Scandizzo dari Open Economics menyampaikan kepada peserta konferensi FIFA, wacana Piala Dunia dua tahunan "menjanjikan manfaat makroekonomi bersih yang signifikan dan positif, serta didistribusikan seiring berjalannya waktu."
Pejabat FIFA menyatakan, pemasukan tambahan itu akan masuk ke dalam "Dana Solidaritas Anggota" dengan tiap federasi anggota akan mendapatkan 16 juta dolar AS (sekira Rp 230 triliun) dalam rentang empat tahun, kemudian ada juga dana lain untuk program pengembangan FIFA Forward Program.
Menurut FIFA, dana itu akan mengurangi jurang pendapatan antara pasar-pasar sepak bola berkembang dan yang-kurang-berkembang. Apabila pemungutan suara mengenai wacana Piala Dunia dua tahunan berlangsung, sebanyak 211 federasi anggota FIFA akan terlibat.
Laporan yang bernada optimistis itu seperti menjawab argumen pihak-pihak yang selama ini menolak wacana berlangsungnya Piala Dunia secara dua tahunan. Klub-klub Eropa, operator liga-liga top, dan UEFA termasuk dalam pihak demikian. Bahkan, presiden badan sepak bola Benua Biru itu, Aleksander Ceferin, sempat mengancam akan melakukan boikot apabila ada turnamen tambahan anyar.
Selain UEFA, konfederasi sepak bola Amerika Latin CONMEBOL juga sudah menyatakan penolakan atas wacana itu. Sementara, presiden konfederasi sepak bola Amerika Tengah dan Utara (CONCACAF) Victor Montagliani menyebut ada solusi kompromi turnamen tambahan berupa pengembangan dari format lama Piala Konfederasi ketimbang Piala Dunia penuh yang butuh ajang kualifikasi tersendiri.
Bulan lalu, sebuah laporan yang disusun oleh Forum Liga Dunia menyatakan wacana FIFA tersebut, yang juga menyangkut perubahan format Piala Dunia Antarklub yang dapat membuat liga-liga domestik dan UEFA kehilangan pendapatan sekira 8 miliar euro (setara Rp129,9 triliun) per musim.
Potensi pendapatan itu berasal dari hak siar, pemasukan laga, serta kesepakatan komersial lainnya. UEFA, pada Jumat (17/12), menurunkan laporan yang berdasarakan pada kajian dari perusahaan konsultan Oliver & Ohlbaum.
Isinya memperingatkan, perubahan kalender laga internasional bakal berdampak terhadap penurunan pendapatan organisasi itu, yakni dalam rentang 2,5 hingga 3 miliar euro (sekira Rp 40 triliun hingga Rp 48 triliun). Potensi loss itu diprediksi terjadi dalam jangka waktu empat tahun.