Selasa 21 Dec 2021 07:43 WIB

Inggris Bersiap Hadapi Pembatasan Saat Natal

WHO memperingatkan varian omicron menyebar lebih cepat daripada varian Delta.

Rep: Puti Almas/Kamran Dikarma/Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Seorang komuter berjalan melewati poster informasi TFL (Transport for London) yang memberi tahu penumpang bahwa wajib memakai masker di angkutan umum untuk menghentikan penyebaran COVID-19, di London, Selasa, 30 November 2021.
Foto: AP/Alastair Grant
Seorang komuter berjalan melewati poster informasi TFL (Transport for London) yang memberi tahu penumpang bahwa wajib memakai masker di angkutan umum untuk menghentikan penyebaran COVID-19, di London, Selasa, 30 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris bersiap menghadapi aturan pembatasan saat Natal pada 25 Desember mendatang. Ini dilakukan sebagai antisipasi penyebaran virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19.

Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan, penyebaran Covid-19 akibat omicron, varian baru dari virus terjadi dengan sangat cepat. Negara itu saat ini melaporkan lonjakan kasus karena varian ini. 

Baca Juga

“Kami menilai situasi bergerak sangat cepat. Tidak ada jaminan dalam pandemi ini, kami perlu meninjau seluruhnya,” ujar Javid, dilansir The New Daily, Senin (20/12). 

Pertimbangan untuk memberlakukan pembatasan lebih ketat di Inggris muncul setelah Wali Kota London, sebagai Ibu Kota negara itu menyarankan diperlukan tindakan untuk mencegah lumpuhnya fasilitas kesehatan akibat Covid-19. Pemerintah saat ini mengamati data hampir setiap jam dan mendengarkan saran dari para ali. 

Karena itu, Javid mengatakan aturan pembatasan mungkin dapat diberlakukan di sektor bisnis dan pendidikan. Ia menyebut saat ini masih banyak yang perlu diketahui mengenai omicron. 

Meski demikian, lebih dari 100 anggota Parlemen Inggris dilaporkan menentang langkah-langkah terbaru untuk memberlakukan pembatasan terkait Covid-19. Hingga saat ini, jumlah kasus omicron di negara itu yang terkonfirmasi adalah 37.101. 

Javid mengatakan, pemerintah percaya sekitar 60 persen kasus baru COVID-19 di Inggris adalah omicron. Wali Kota London Sadiq Khan mengatakan, pembatasan tidak bisa dihindari, dengan layanan kesehatan di bawah ancaman runtuh di bawah tekanan kekurangan staf dan peningkatan pasien rawat inap.

“Pemerintah Inggris akan mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan dan menyampaikan kepada parlemen,” jelas Javid.

Khan telah menyatakan status “insiden besar” untuk wilayahnya pada akhir pekan kemarin. “Lonjakan kasus varian Omicron di seluruh ibu kota sangat mengkhawatirkan. Jadi kami sekali lagi menyatakan insiden besar karena ancaman Covid-19 ke kota kami,” kata Khan 

Insiden besar didefinisikan sebagai peristiwa dengan berbagai konsekuensi serius yang memerlukan penerapan penanganan khusus. Tujuannya membantu otoritas-otoritas terkait saling mendukung guna mengurangi gangguan layanan di kota.

Khan mengungkapkan, saat ini lembaga-lembaga utama di London sedang menjalin kerja sama erat guna meminimalkan dampak penyebaran omicron terhadap kota tersebut. “Hal itu termasuk membantu  melindungi program vaksinasi penting,” ujar Khan.

Pada 8 Januari lalu, Khan sempat mengumumkan insiden besar menyusul lonjakan tajam kasus baru Covid-19. Dia membatalkan perintahnya sebulan kemudian seiring menurunnya angka infeksi. Lebih dari 65 ribu kasus baru Covid-19 dikonfirmasi di London selama sepekan terakhir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement