REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV -- Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz memperingatkan Israel akan mengambil langkah yang lebih besar pada Iran. Ia menambahkan ini sudah waktunya untuk mengambil keuntungan dari apa yang ia gambarkan sebagai kelemahan rezim Iran.
"Kami memperdalam kerja sama internasional dan saya segera, baik tindakan terbuka maupun terselubung akan diperluas, dengan berbagai cara," kata Gantz pada Komite Luar Negeri dan Pertahanan Parlemen Israel atau Knesset, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (21/12).
Gantz juga menambahkan kartu Teheran yang dimainkan dalam perundingan Wina lemah. Menurut Gantz, perundingan untuk membangkitkan kembali perjanjian nuklir 2015 atau yang dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) itu hanya untuk mengulur waktu.
Berdasarkan laporan the Jerusalem Post, Kementerian Pertahanan Israel menilai saat sudah waktunya untuk 'menarik garis yang jelas di atas pasir' menghentikan aktivitas nuklir Iran dan 'terorisme' di kawasan."Situasi internal di Iran meninggalkan banyak kesempatan bagi dunia, ini bukan kekuatan riil, ini penderitaan rakyat, kepala negara Iran tahu situasi mereka (lemah)," katanya.
Saat ketegangan kian memanas tentang apakah perundingan Wina berhasil menghidupkan kembali JCPOA lagi atau tidak. AS sudah lama mengatakan bila diplomasi dengan Iran gagal mereka siap untuk beralih ke 'rencana B' tanpa menjelaskan detailnya.
Sementara Israel sekutu dekat AS sudah semakin tidak sabar dan berulang kali mengumumkan siap menggelar serangan militer ke target-target nuklir Iran. Pada Senin (20/12) kemarin Garda Revolusi Iran memperingatkan mereka akan merespons setiap serangan Israel pada program nuklirnya.
Teheran selalu menyampaikan ancaman yang sama dengan mengatakan akan memberikan 'respon yang menghancurkan'. Bila ada potensi serangan pada mereka.