Selasa 21 Dec 2021 21:04 WIB

Survei: Pemilih Partai Besar Inginkan Ganjar Jadi Capres

Survei Charta Politika temukan elektabilitas Ganjar bersaing dengan Anies.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masuk dalam daftar sosok dengan elektabilitas tinggi sebagai capres 2024 versi survei Charta Politika.
Foto: ANTARA/Irfan Anshori
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masuk dalam daftar sosok dengan elektabilitas tinggi sebagai capres 2024 versi survei Charta Politika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei, salah satunya berisi pemilih partai besar yang menginginkan Ganjar Pranowo menjadi calon presiden pada Pemilu 2024. Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menjelaskan mayoritas pemilih PDI Perjuangan menginginkan Ganjar Pranowo sebagai capres mencapai 60 persen.

"Bisa dikatakan mayoritas atau 60 persen pemilih PDI Perjuangan menyatakan memilih Ganjar Pranowo," ujar Yunarto, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/12).

Baca Juga

Sementara, di Partai Golkar Ganjar meraih angka 26,5 persen. Meskipun partai berlambang pohon beringin itu sudah mempunyai kandidat capres sendiri yakni Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto yang hanya memperoleh 4,4 persen.

"Beberapa temuan menarik yaitu Ganjar Pranowo bersaing dengan pemilih PKB yang menyatakan memilih Anies Baswedan," ungkap Yunarto.

Yunarto melanjutkan, di PKB Ganjar memimpin perolehan persentase 31 persen. Disusul Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dengan angka 26 persen dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa sebanyak 13 persen.

"Partai Nasdem masih terbelah, karena memang masih dua tahun dan belum dipanaskan," ujarnya.

Dia menyebut Ganjar meraih angka 32,7 persen di pemilih Nasdem. Jumlah tersebut unggul dari Anies Baswedan yang meraup angka 13,5 persen.

Survei ini dilakukan pada 29 November-6 Desember 2021. Survei dilakukan terhadap 1.200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Survei menggunakan multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error sekitar 28,3 persen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement