Rabu 22 Dec 2021 00:16 WIB

Obat Suntik Pertama HIV Disetujui

Apretude menjadi obat suntik pertama yang disetujui penggunaannya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) menyetujui obat suntik pertama untuk mencegah HIV, atau dikenal sebagai pre-exposure prevention (PrEP), bernama Apretude (Foto: ilustrasi HIV)
Foto: Flickr
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) menyetujui obat suntik pertama untuk mencegah HIV, atau dikenal sebagai pre-exposure prevention (PrEP), bernama Apretude (Foto: ilustrasi HIV)

REPUBLIKA.CO.ID, 

Oleh: Puti Almas

Baca Juga

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) menyetujui obat suntik pertama untuk mencegah HIV, atau dikenal sebagai pre-exposure prevention (PrEP), bernama Apretude. Ini menjadi obat baru yang diberikan setiap dua bulan sebagai alternatif pil pencegahan HIV, seperti Truvada dan Descovy. Apretude disebut terbukti mengurangi risiko HIV hingga 99 persen bila diminum setiap hari. 

Berdasarkan dua uji coba FDA yang menganalisis keamanan dan kemanjuran Apretude, ditemukan bahwa obat ini lebih mungkin mengurangi HIV dibanding obat oral harian. Kemanjuran ini didorong oleh lebih mudahnya peserta dalam penelitian memathui rejimen setiap bulan, dibandingkan dengan konsumsi pil setiap hari. 

“Persetujuan ini menambahkan sebuah alat penting dalam upaya untuk mengakhiri epidemi HIV dengan memberikan pilihan pertama untuk mencegah penyakit, yang tidak melibatkan konsumsi pil setiap hari,” ujar Debra Birnkrant, direktur divisi antivirus di Pusat Evaluasi Obat FDA dan Penelitian, dalam sebuah pernyataan, dilansir NBC News, Rabu (22/12).

Birnkrant mengatakan bahwa suntikan Apretude diberikan setiap dua bulan. Ini akan sangat penting untuk mengatasi epidemi HIV di Amerika Serikat (AS), termasuk dalam membantu individu berisiko tinggi dan kelompok tertentu di mana kepatuhan terhadap pengobatan sehari-hari telah menjadi tantangan besar, serta dinilai tidak menjadi pilihan yang realistis.

Keuntungan yang dibuat dalam penggunaan PrPP selama beberapa tahun terakhir adalah hanya 25 persen dari 1,2 juta orang yang direkomendasikan PrPP yang diresepkan pengobatan tahun lalu.  CDC memperkirakan bahwa pada 2019, ada sekitar 285.000 orang yang menggunakan PrPP, di mana sebagian besar dari pengguna adalah pria gay dan biseksual.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement