REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Ratusan warga Afghanistan menggelar aksi demonstrasi anti-Amerika Serikat (AS) di Kabul, Selasa (21/12). Mereka mendesak Washington mencairkan aset cadangan bank sentral Afghanistan senilai lebih dari 9 miliar dolar AS.
Aksi protes itu diorganisasi oleh Gerakan Rakyat Afghanistan (GRA). Sekitar 600 orang berkumpul di persimpangan Abdul Haq dan bangunan terbengkalai yang sebelumnya digunakan AS sebagai kedutaan besarnya untuk Afghanistan. Sejak menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan pada Agustus lalu, Washington belum membuka kembali kantor perwakilan diplomatik di negara tersebut.
Dalam aksinya, massa meneriakkan slogan-slogan anti-AS. Mereka pun membawa spanduk bertuliskan sejumlah pesan seperti “uang kami ada”, “rakyat menentang kelaparan”, “mengapa Anda tak mencairkan dana kami?”, dan lainnya.
“Uang milik kami disita oleh AS. Tujuannya adalah untuk membuat rakyat Afghanistan bertekuk lutut,” kata perwakilan GRA Shafiq Ahmad Rahimi, dikutip laman Anadolu Agency.
Rahimi menyebut pendekatan AS di Afghanistan sebagai "tekanan ekonomi". Dia menyatakan Afghanistan tidak akan menyerah padanya. Seorang peserta aksi, Alhamdullah Muhammedi (63 tahun), mengatakan saat ini dia tak memiliki pekerjaan alias menganggur. Dia mendesak agar sanksi terhadap Afghanistan dilonggarkan.
“Kondisi ekonomi kami saat ini mengerikan. AS menindas kami. Ia menyetop uang kami dan menempatkan kami dalam masalah keuangan yang serius,” ujar Muahmmedi.
Pengunjuk rasa lainnya, Ihsanullah Niazi, menggambarkan tindakan AS di Afghanistan sebagai kekerasan ekonomi. "Protes ini diadakan untuk mencairkan (dana) cadangan kami. Kami menuntut agar masalah ekonomi Afghanistan diselesaikan secepat mungkin dengan mencairkan uang itu," katanya.
Sejak hengkang dari Afghanistan dan Taliban berkuasa, Washington memutuskan memblokir dana cadangan milik Bank Sentral Afghanistan senilai 9,4 miliar dolar AS. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) turut menghentikan bantuannya untuk Afghanistan.
Bank Dunia memiliki lebih dari 20 proyek pembangunan yang sedang berlangsung di Afghanistan. Sejak 2002, mereka telah menyediakan dana sebesar 5,3 miliar dolar AS, sebagian besar dalam bentuk hibah, untuk negara tersebut.
Bulan lalu, Program Pembangunan PBB (UNDP) memperingatkan sektor perbankan Afghanistan berisiko runtuh. Hal itu dipicu memburuknya likuiditas dan peningkatan pinjaman bermasalah.