Rabu 22 Dec 2021 05:39 WIB

Putin Salahkan Barat Atas Ketegangan di Eropa Timur

Moskow meminta NATO menolak Ukraina yang bekas bagian Uni Soviet menjadi anggota NATO

Rep: lintar satria zulfikar/ Red: Hiru Muhammad
Pasukan terjun payung Angkatan Darat Rusia berbaris selama latihan untuk parade militer Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, pada 7 Mei 2021. Pejabat Ukraina dan Barat khawatir bahwa penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina dapat menandakan rencana Moskow untuk menyerang bekas Sovietnya tetangga.
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko,
Pasukan terjun payung Angkatan Darat Rusia berbaris selama latihan untuk parade militer Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, pada 7 Mei 2021. Pejabat Ukraina dan Barat khawatir bahwa penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina dapat menandakan rencana Moskow untuk menyerang bekas Sovietnya tetangga.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW--Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan Barat atas memanasnya ketegangan di Eropa. Ia mengatakan, Barat telah salah dalam menilai hasil Perang Dingin. Berbicara dengan perwira militer senior Rusia, Putin mengatakan, Rusia akan merespons dengan 'tepat' setiap agresi Barat.

Ia menegaskan, Rusia akan mengembangkan lebih jauh lagi angkatan bersenjatanya."Mengapa mereka memperluas NATO dan meninggalkan perjanjian pertahanan rudal? Mereka disalahkan atas apa yang terjadi saat ini, untuk ketegangan yang terbentuk di Eropa," kata Putin, Selasa (21/12).

Baca Juga

Ia mengatakan, menganggap menang di Perang Dingin, Washington diselubungi  euforia lalu mengarah pada pilihan kebijakan yang buruk.

Rusia menumpuk puluhan ribu tentara di perbatasan dengan Ukraina. Moskow meminta NATO menolak Ukraina yang bekas bagian Uni Soviet untuk menjadi anggotanya. Rusia juga menuntut jaminan tidak ada senjata atau pasukan yang akan dikerahkan ke sana.

Putin, mengharapkan perundingan konstruktif dengan Washington dan Brussels atas permintahaan Rusia pada jaminan keamanan. Terdapat tanda-tanda Barat siap untuk menyelesaikan isu ini. "Konflik bersenjata dan pertumpahan darah sama sekali bukan yang akan kami pilih, kami tidak menginginkan skenario semacam itu," kata Putin.

Ia mengatakan, proposal Rusia bukan ultimatum tapi tidak ada tempat untuk mundur dari Ukraina. Di pertemuan yang sama, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan Amerika Serikat telah mengirimkan sekitar 8.000 pasukan ke dekat perbatasan Rusia dan bersama sekutu-sekutu NATO kerap menerbangkan pesawat strategis bomber ke dekat Rusia.

Shoigu mengatakan upaya NATO untuk melibatkan tentara Ukraina dalam aktivitas aliansi pertahanan itu menimbulkan ancaman keamanan. Sebelumnya seorang diplomat senior Rusia mengatakan Moskow dan Washington sudah melakukan kontak untuk membahas jaminan keamanan yang Rusia ajukan dan terdapat kemungkinan kedua belah pihak mencapai kesepahaman. 

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement