REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Insiden tanah longsor terjadi di tambang batu giok di Hpakant, Negara Bagian Kachin, Myanmar, Rabu (22/12) pagi waktu setempat. Puluhan orang dikhawatirkan hilang akibat kejadian tersebut.
Menurut seorang pejabat di the Kachin Network Development Foundation (KNDF), tanah longsor terjadi sekitar pukul 04:00. Dia menyebut, sekitar 80 orang dikhawatirkan tersapu ke danau limbah pertambangan.
"Pihak berwenang tiba di lokasi sekitar pukul 07:00 pagi dan sedang melakukan pencarian," kata Dashi Naw Lawn, seorang pejabat di kelompok masyarakat sipil. Menurut dia, belum ada jenazah yang ditemukan.
Portal berita lokal, yakni Mizzima dan Khit Thit, melaporkan, puluhan orang tampaknya hilang dalam insiden di Hpakant, yang merupakan pusat industri giok rahasia Myanmar. Pekan lalu, tanah longsor pun sempat terjadi di sana dan menewaskan enam orang.
Tanah longsor dan kecelakaan lainnya kerap terjadi di tambang Hpakant. Pertambangan tersebut memang tak diatur atau dikelola dengan baik. Banyak warga miskin dari seluruh Myanmar bertaruh nasib menjadi penambang di sana.
Pada Juli 2020, lebih dari 170 penambang tewas di Hpakant. Hal itu karena limbah pertambangan ambrol dan jatuh ke danau. Insiden tersebut merupakan salah satu yang terburuk selama tambang Hpakant beroperasi.
Myanmar menghasilkan 90 persen batu giok dunia. Sebagian besar komoditasnya dihasilkan di Hpakant. Kelompok hak asasi manusia mengungkapkan, perusahaan pertambangan yang memiliki hubungan dengan elite militer dan kelompok etnis bersenjata menghasilkan miliaran dolar setiap tahunnya.