REPUBLIKA.CO.ID, TURKISTAN—Lebih dari 90 organisasi Islam yang didominasi ormas Islam di Asia Tenggara mengajukan petisi kepada Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk memecah kebisuan dan segera mengambil sikap untuk menghentikan praktik genosida China yang sedang berlangsung di Turkistan Timur, sebuah kota di Provinsi Kazakhstan.
Surat itu ditujukan kepada Presiden OKI, Dr Yousef bin Ahmad Al-Othaimeen, Sekretaris Jenderal OKI, Hissein Brahim Taha dan seluruh Menteri Luar Negeri Negara Anggota OKI.
Sejauh ini, sebagian besar negara Muslim telah gagal untuk menghentikan penindasan China terhadap Muslim di Xinjiang, diperkirakan karena mereka ‘takut’ kehilangan dukungan ekonomi dari China.
Sementara itu, China membantah telah melakukan pelanggaran dan mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan tak lain adalah upaya untuk memerangi terorisme dan ekstremisme.
Berikut adalah versi singkat dari surat tersebut, “Kami adalah koalisi lebih dari 90 organisasi masyarakat sipil dan anggota Parlemen dari Asia Tenggara yang mewakili umat Islam di seluruh dunia. Kami mendesak OKI untuk mengambil sikap yang kuat terhadap praktik genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRC) terhadap Uyghur, Kazakh, dan Muslim lainnya di Turkistan Timur (juga disebut sebagai Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang oleh Tiongkok).”
Baca juga: Mualaf Sulthon, Murtad dan Kembali Bersyahadat: Saya Rindu Islam
Dalam surat itu, mereka juga menerangkan bahwa sejak 2016, jutaan orang Uyghur, Kazakh, dan Muslim lainnya telah ditahan secara sewenang-wenang di kamp-kamp interniran di Turkistan Timur, di mana mereka mengalami penyiksaan sistematis, pemerkosaan, dan kerja paksa, di antara pelanggaran lainnya.