Rabu 22 Dec 2021 22:04 WIB

Diperingati Setiap 22 Desember, Ini Sejarah dan Makna Hari Ibu

Kongres perempuan Indonesia pertama kali di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang ibu menangis sambil memeluk anaknya usai mengikuti aksi cuci kaki ibu massal di Jakarta, Rabu (22/12/2021). Aksi yang diikuti sebanyak 500 peserta itu bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta kasih kepada ibu, khususnya dalam rangka memperingati Hari Ibu.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Seorang ibu menangis sambil memeluk anaknya usai mengikuti aksi cuci kaki ibu massal di Jakarta, Rabu (22/12/2021). Aksi yang diikuti sebanyak 500 peserta itu bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta kasih kepada ibu, khususnya dalam rangka memperingati Hari Ibu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia. Hari Ibu diperingati sebagai bentuk ungkapan terima kasih atas kebaikan dan jasa ibu, sosok wanita yang telah membesarkan anaknya.

Perayaan Hari Ibu biasanya dilakukan dengan menggelar sejumlah acara ataupun dengan praktik sederhana seperti mengunjungi ibu, memberikan hadiah atau membuatkan makanan spesial untuk ibu.

Baca Juga

Namun, tahukah Anda mengapa tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia?

Mengutip buku berjudul Kumpulan Buklet Hari Bersejarah I dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sejarah Hari Ibu diawali ketika gema Sumpah Pemuda dalam lantunan lagu Indonesia pada 28 Oktober 1928 digelorakan dalam kongres Pemuda Indonesia. Hal itu lantas menggugah semangat para pimpinan dan perkumpulan kaum perempuan untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri.

Kala itu, sebagian besar perkumpulan masih termasuk bagian organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa. Namun atas prakarsa para Perempuan Pejuang Pergerakan Kemerdekaan, digelarlah kongres perempuan Indonesia pertama kali di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928.

Sejumlah wanita yang muncul sebagai tokoh penggerak kongres yang kemudian jadi panitia inti di antaranya, Soekonto dari Wanita Oetomo, Nyai Hajar Dewantara dari Wanita Taman Siswa dan Nona Soeyatin dari Putri Indonesia. Kongres Perempuan Indonesia itu bahkan diikuti oleh organisasi wanita Muhammadiyah, Aisiyah, kemudian Jong Islamieten Bond Dames Afdeling, Wanita Katholik dan Meiyes Kering (Jong Java bagian wanita).

Salah satu hasil kongres adalah dibentuknya federasi dengan nama Perserikatan Perhimpunan Perempuan Indonesia (PPII). Selanjutnya pada Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung pada 23-27 Juli 1938, diputuskan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Tanggal tersebut dianggap sebagai simbol lahirnya kesadaran wanita Indonesia tentang nasibnya, kewajibannya, kebudayaan dan keanggotaannya di dalam masyarakat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement