REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Timnas Indonesia perlu melakukan evaluasi setelah ditahan imbang Singapura pada leg pertama semifinal Piala AFF 2020, Rabu (23/12). Skuad Garuda gagal mempertahankan keunggulan dari gol cantik di babak pertama dan dipaksa puas dengan hasil imbang 1-1.
Organisasi permaianan Asnawi Mangkualam dkk memang kian membaik setelah mereka melakoni banyak pertandingan bersama. Hal itu terlihat di babak pertama, dimana Indonesia mendominasi penguasaan bola dan memberikan banyak ancaman ke gawang Singapura.
Namun, pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong mengaku kecewa dengan permainan anak asuhnya di paruh kedua. Organisasi permainan anak asuhnya sedikit mengendur di babak kedua, Singapura mampu menekan balik dan menciptakan beberapa peluang berbahaya.
Singapura membuat laga tampak berjalan seimbang pada babak kedua. Skuad Garuda pun kecolongan gol yang dicetak Ikhsan Fandi di menit ke-70. Usai laga, statistik pertandingan menunjukkan bahwa kedua tim berbagi rata penguasaan bola masing-masing sebanyak 50 persen.
Lima hal yang membuat Indonesia ditahan imbang Singapura:
1. Kelelahan
Skuad Garuda mengalami penurunan kemampuan fisik di pertandingan melawan Singapura terutama di babak kedua. Pelatih Shin Tae-yong menyebut anak asuhnya kelelahan setelah menjalani empat pertandingan beruntun di fase grup.
"Pemain kelelahan. Namun ada baiknya letih itu datang saat ini. Kami jadi bisa memberikan istirahat kepada pemain untuk memulihkan tenaga mereka," kata Shin dalam konferensi pers usai pertandingan.
2. Kehilangan momentum
Di babak pertama, skuad Garuda mendominasi permainan dan mampu memberikan ancaman demi ancaman ke gawang Singapura. Tercatat sebanyak empat tendangan sudut diperoleh Indonesia ketika mereka terus menekan pertahanan Singapura.
Namun, di babak kedua, Timnas Indonesia juga kehilangan momentum untuk terus memberikan tekanan. Justru tim tuan rumah yang perlahan bangkit dan membuat permainan tampak seimbang. Mereka mampu memberikan ancaman ke gawang Indonesia dan menyamakan kedudukan.
"Saya pikir kami sempat memiliki momentum, dan momentum itu hilang kemudian, saya agak kecewa," kata Shin. "Kami memiliki momen buruk dan momen bagus dari keseluruhan laga pada hari ini, kami akan melihat kembali momen-momen dimana kami sempat melakukan segala hal dengan tidak baik," tambahnya.
3. Striker
Indonesia seperti tidak memiliki ujung tombak yang punya insting mencetak gol di depan gawang. Beberapa peluang dan ancaman yang diberikan skuad Garuda selalu datang dari pemain tengah. Shin bahkan menyadari kesalahannya saat menarik keluar Ezra Walian yang baru diturunkan di babak kedua dengan Hanis Saghara.
Dengan ini, Shin mempunyai alasan kuat untuk segera memainkan Egy Maulana Vikri yang sudah tiba di Singapura akhir pekan kemarin. "Ya, Egy mungkin akan bermain pada leg kedua, tapi kami juga melihat kondisi dari semua pemain, kami akan melihatnya," kata Shin.
4. Terlalu percaya diri
Skuad Garuda memang telah memenangkan banyak pertandingan dalam beberapa laga terakhir. Mereka bahkan menggilas Malaysia dengan kemenangan 4-1 pada laga sebelumnya. Hal ini tentu menaikkan percaya diri para pemain Indonesia.
Namun, kepercayaan diri yang berlebihan juga tampaknya akan berdampak tidak baik. Seperti dalam pertandingan melawan Singapura, Indonesia terlalu banyak bermain-main di daerah sendiri dan itu akhirnya menimbulkan bahaya ke gawang Indonesia.
5. Kehilangan fokus
Faktor kelelahan tentu berdampak pada fokus pemain. Indonesia beberapa kali tampak kesulitan dan panik saat menerima tekanan dari Singapura. Organisasi yang berantakan memudahkan pemain Singapura untuk mengobrak-abrik pertahanan Indonesia.
Indonesia perlu memperbaiki masalah-masalah ini sebelum menghadapi Singapura di leg kedua pada Sabtu (25/12). Kemenangan sangat dibutuhkan untuk membawa Indonesia lolos ke babak final Piala AFF 2020.